London, (Analisa). Pasaran komoditas global beringsut lebih rendah karena pasar masih menantikan pidato Ketua Federal Reserve AS (Fed) Jerome Powell yang dianggap sebagai penentu arah kebijakan Bank Sentral AS itu, sementara ketidakpastian hubungan perdagangan AS-Tiongkok kembali membuat pasar global menjadi tidak menentu.
Di AS, para investor masih menantikan pidato Ketua Fed Jerome Powell di Jackson Hole, Wyoming untuk mendapatkan klarifikasi apakah bank sentral itu akan melakukan pelonggaran moneter dalam upaya mengatasi perlambatan pertumbuhan di negara ekonomi terbesar dunia itu.
Terkait perang perdagangan antara AS dan Tiongkok, Penasihat Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa tim negosiator kedua negara pada Rabu berencana untuk melanjutkan perundingan dagang mereka pada September mendatang.
Di Tiongkok, ketidakpastian perdagangan AS-Tiongkok telah mendorong yuan turun ke level terendah 11,5 tahun. Bank Sentral Tiongkok (PBoC) menetapkan nilai tengah (midpoint) pada 7,0572 per dolar AS pada awal pembukaan pasar, level terendah dalam 11,5 tahun meskipun itu lebih kuat dari yang diperkirakan oleh para pelaku pasar.
Sementara pasar fokus pada ekspektasi dovish dari Fed, angka indek manajer pembelian (PMI) Tingkok juga akan menjadi fokus investor berikutnya untuk mengkonfirmasi perlambatan sektor manufaktur di Negeri Tirai Bambu itu.
Perkembangan pasaran beberapa komoditas utama di pasar internasional pekan lalu, dapat disimpulkan sebagai berikut:
E M A S
Pasaran: Tidak menentu. Harga emas beragam namun cenderung melemah pada Jumat menuju penurunan mingguan pertama dalam empat bulan dipicu oleh aksi ambil untung yang dilakukan oleh investor. Langkah tersebut diambil oleh para pelaku pasar karena masih menunggu klarifikasi dari Ketua Fed Jerome Powell seputar kebijakan moneter Bank Sentral AS itu.
Julius Baer, analis di Carsten Menke mengatakan, harga emas tertekan karena pasar masih menantikan pidato Ketua Fed dalam simposium bank sentral global di Jackson Hole yang dianggap sebagai indikator arah kebijakan Fed ke depan.
Di London, harga ditutup $1.503,80 per ounce Jumat, turun dari $1.515,25 harga sepekan lalu.
Di Comex New York, kontrak Desember 2019 ditutup $1.537,60 per ounce Jumat, naik dari $1.523,60 harga sepekan lalu.
P E R A K
Pasaran: Menguat. Harga perak naik pada Jumat setelah spekulan meningkatkan taruhan mereka didorong oleh tren perusahaan di luar negeri. Analis mengatakan penguatan posisi perak ini didukung oleh minat pedagang yang meningkat sejalan dengan kuatnya tren di luar negeri sehingga memengaruhi harga perak di perdagangan berjangka. Namun kenaikan harga komoditas ini diproyeksikan akan terbatas dan akan mencatatkan kerugian bulanan keempat berturut-turut karena pelaku pasar mengurangi permintaan mereka di pasar spot.
Di London, harga spot ditutup $17,40 per ounce Jumat, naik dari $17,07 harga sepekan lalu.
Di New York, kontrak September 2019 ditutup $17,55 per ounce Jumat, naik dari $17,12 harga sepekan lalu.
T I M A H
Pasaran: Melingsir. Harga timah beringsut lebih rendah dan menuju penurunan dua pekan dipicu oleh lambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan yuan yang lebih lemah, berdampak pada memburuknya prospek permintaan timah. Harga komoditas ini turun lebih dari 20 persen dari kenaikan tertinggi pada Juni tahun lalu.
Namun, Ross Strachan, analis di Capital Economics mengatakan bahwa harga timah akan kembali menguat didukung oleh meningkatnya aktivitas manufaktur. Menurutnya, harga timah hanya akan turun tipis tahun ini dan lemahnya permintaan diproyeksikan tidak akan secara signifikan memengaruhi harga komoditas ini.
Di LME, kontrak timah tiga bulan ditutup $15.975 per ton Jumat, turun dari $16.800 dari harga sepekan lalu.
Di pasar timah Kuala Lumpur, harga spot ditutup $15.850 per ton Jumat, turun dari $16.950 harga sepekan lalu.
MINYAK MENTAH
Pasaran: Menguat. Harga minyak naik tipis pada Jumat karena pasar masih fokus pada pidato Ketua Federal Reserve AS (Fed) Jerome Powell yang dianggap sebagai indikator apakah bank sentral itu akan memangkas suku bunga acuannya untuk kedua kalinya tahun ini dalam upaya mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi negara itu.
Han Tan, analis di FXTM mengatakan, saat ini fokus pasar berpusat pada klarifikasi Powell seputar kebijakan Fed. Pasar masih mempertanyakan apakah Powell akan memilih untuk melakukan pelonggaran moneter di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi AS atau justru sebaliknya. Proyeksi para investor saat ini cenderung membuat pasar menjadi tidak menentu.
Di London, kontrak Brent untuk Juni 2019 ditutup menjadi $59,84 per barel Jumat, naik dari $59,75 harga sepekan lalu.
Di New York, kontrak New York Merchentile Exchange untuk Juni 2019 ditutup $55,32 per barel, naik dari $54,87 harga sepekan lalu.
K A R E T
Pasaran: Tidak menentu. Harga karet beragam namun cenderung melemah menuju penurunan empat bulan berturut-turut pada Jumat dipicu oleh kekhawatiran akan pasokan berlebih dan investor yang menghentikan pembelian kontrak jangka pendek.
Jiong Gu, analis di Yutaka Shoji Co mengatakan, harga karet telah melemah berkelanjutan karena sejumlah investor asing menghentikan pembelian kontrak jangka pendek baru-baru ini.
Dikatakannya juga bahwa meningkatnya ketidakpastian perdagangan AS-Tiongkok dan perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok serta yuan, berdampak pada meningkatnya harga impor dari Negeri Tirai Bambu itu sehingga menyebabkan harga karet mengalami tekanan berkelanjutan.
Di Tokio, kontrak benchmark Agustus 2019 ditutup 156,0 yen/kg pada Jumat, turun dari 172,3 harga sepekan lalu.
Di Thailand, STR-20 September 2019 ditutup $1,35/kg, naik dari 1,33 dari harga sepekan lalu.
Di Singapura, TSR-20 Agustus 2019 ditutup $129,2/kg, turun dari 129,8 harga sepekan lalu.
Di Malaysia, SMR-20 untuk September 2019 ditutup US 130,00 sen/kg, turun dari 132,00 harga sepekan lalu.
K O P I
Pasaran: Melemah. Harga kopi beringsut lebih rendah dipicu oleh panen besar yang terjadi di Brazil tahun ini, sementara permintaan global tidak mampu mengimbangi jumlah pasokan yang membanjiri pasar.
Namun, harga kopi diproyeksikan akan kembali menguat didukung oleh proyeksi berkurangnya jumlah panen di Brazil akibat cuaca yang buruk di negara itu.
Di London, kontrak Robusta November 2019 ditutup $1.327,0 per ton Jumat, turun dari 1.333,0 dari harga sepekan lalu.
Di New York, kontrak Arabika September 2019 ditutup $97,30 per ton Jumat, turun dari $96,35 harga sepekan lalu.
K A K A O
Pasaran: Meningkat. Harga kakao menguat meski sebelumnya tertekan oleh ekspektasi bahwa Afrika Barat, salah satu kawasan penghasil kakao dunia yang diproyeksikan akan menghasilkan panen dalam jumlah besar sehingga mengakibatkan pasokan berlebih di pasaran. Proyeksi tersebut muncul di tengah cuaca yang bagus dan prospek produksi yang kuat dari kawasan itu. Sebelumnya, ketidakpastian perdagangan global juga secara siginifkan telah memengaruhi permintaan terhadap komoditas ini.
Di London, kontrak Desember 2019 ditutup £1.723,00 per ton Jumat, naik dari £1.711,00 harga sepekan lalu.
Di New York, kontrak September 2019 ditutup $2.230,00 per ton Jumat, naik dari $2.187,00 harga sepekan lalu.
G U L A
Pasaran: Melingsir. Harga gula merosot dan mencapai level terendah dua bulan tergerus oleh lemahnya permintaan dari Asia dan prospek ekspor India yang memburuk. Menurut beberapa trader, lemahnya permintaan gula dari Asia dipicu oleh lonjakan pengiriman gula putih dari Thailand.
Perlambatan ekspor dari India dan lemahnya permintaan Asia menjadi penyebab utama penurunan harga gula saat ini. Commerzbank mengatakan dalam sebuah catatan bahwa India selaku produsen dan konsumen gula terbesar dunia mengalami penyusutan ekspor gula di tengah ketidakpastian prospek pertumbuhan global.
Di London, kontrak gula putih untuk Agustus 2019 ditutup $312,10 per ton Jumat, turun dari $314,10 harga sepekan lalu.
Di New York, kontrak gula mentah untuk Oktober 2019 ditutup 11,58 sen per lb Jumat, turun dari 11,64 harga sepekan lalu. (AFP/RM/AP/BT/FXS/htb)