Tigabinanga, (Analisa). Sedikitnya 200 hektare (ha) lahan pertanian yang baru saja disemai (dibibitkan) jagung di wilayah Kecamatan Tigabinanga rusak dan dimakan tikus. “Bibit yang baru ditanam dimakan dan gagal tumbuh,” ujar Sekretaris Komunitas Petani Jagung (KPJ) Karo, Sapta Sebayang didampingi sejumlah petani jagung di Desa Perbesi kepada Analisa, Senin (26/8).
Benih jagung yang baru ditanam rusak dan gagal tumbuh terjadi di perladangan Napa, Kutajahe, Tangger dan perladangan lainnya. Lahan yang sudah disemai bibit jagung yang rusak terpaksa disemai kembali. “Sebelum disemai kembali, ada juga petani mentraktor kembali lahan pertanian yang akan ditanam jagung,” kata Sapta Sebayang didampingi Malam Br Sebayang, Ricardo Sebayang.
Pantauan Analisa, Senin (26/8) sejumlah petani di Desa Perbesi mengakui serangan tikus merusak dan sebagian memakan bibit yang baru disemai di lahan pertaniannya. Rata-rata 60 persen setiap lahan pertanian petani rusak akibat serangan tikus. Beberapa lahan pertanian warga ditraktor ulang.
Harapan petani, dengan mentraktor ulang dapat meminimalisir serangan hama tikus. Kepala UPT Wilayah Tigabinanga, Robinson Sembiring, sudah melakukan peninjauan ke lapangan bersama petani ke beberapa lokasi yang terkena serangan tikus.
Kepala Dinas (Kadis) Pertanian dan Perkebunan Pemkab Karo, Metehsa Purba yang dikonfirmasi membenarkan serangan tikus atas bibit jagung yang baru ditanam di wilayah Tigabinanga. “Sulit kita mengatasi serangan tikus tersebut. Kecuali membuat perangkap dan meracun tikus. Kita coba nanti berkoordinasi dengan UPT, penyuluh dan petani, apa langkah terbaik menanggulangi serangan tikus tersebut,” ujar kadis.
Disinggung tentang kerugian petani atas serangan hama tikus ini, disebutkan Sapta Sebayang, bervariasi. Tergantung berapa luas bibit yang telah disemai. Rata-rata berkisar Rp500.000/ha. Kalau dikalkulasikan dengan harga bibit Rp400.000/kg dan bibit dibutuhkan sebanyak 20 kg/ha atau Rp8juta/ha, kerugian masih relatif sedikit.
“Tapi dampak ini kan masih situasi awal. besok-lusa belum tahu. Bisa juga total gagal tanam. Sebab bibit yang disisip setelah dimakan tikus, juga kembali dimakan dan gagal tumbuh. Kerugian ini belum termasuk petani yang mentraktor kembali lahan pertaniannya setelah diserang hama tikus dengan upah traktor Rp1 juta/ha. Belum termasuk membeli racun tikus Rp50.000-Rp80.000/kg dan tenaga kerja,” tegas Sebayang menambahkan. (alex)