Pertama di Dunia

Reaktor Nuklir Terapung Rusia Mendapat Kritikan

reaktor-nuklir-terapung-rusia-mendapat-kritikan
ROSATOM, perusahaan kelas dunia yang menawarkan solusi energi bersih terintegrasi membuat unit reaktor nuklir dengan unit daya apung (Floating Power Unit/FPU) dengan nama Unit pertama di dunia. Pembangkit listrik tenaga nuklir terapung ini diklaim menjadi solusi ideal untuk menggerakkan daerah-daerah terpencil.

Proyek tersebut juga dianggap sebagai produk baru yang tidak hanya cocok untuk wilayah Arktik Rusia yang terisolasi tetapi juga untuk sejumlah negara di seluruh dunia.

Proyek percontohan, Unit Reaktor No 1 Akademik Lomonosov itu telah dihidupkan sebesar 10% dari kapasitasnya. Akademik Lomonosov kini ditambat di daerah Atomflot (perusahaan Rosatom), Murmansk. 

Para Teknisi telah menyelesaikan semua operasi persiapan yang diperlukan dan melakukan semua penilaian yang diperlukan sebelum prosedur power start-up tersebut dilakukan. 

Proyek ini diproduksi untuk Rosenergoatom, anak perusahaan Rosatom yang bertanggung jawab atas pengoperasian pembangkit listrik tenaga nuklir Rusia.

Rusia akan meluncurkan reaktor nuklir terapung pertama di dunia. Reaktor nuklir terapung tersebut  melakukan perjalanan menyeberangi Samudera Arktik, Jumat (23/8).

Rencana Rusia ini mendapat kritikan dari para aktivis lingkungan karena akan berdampak serius bagi perairan di kawasan.

Ditarik menggunakan kapal berbahan bakar nuklir, reaktor bernama Akademik Lomonosov itu meninggalkan pelabuhan Murmansk di Arktik untuk memulai perjalanan menempuh 5.000 kilometer menuju timur laut Siberia.

Menurut Badan tenaga atom Rusia Rosatom , reaktor nuklir ini merupakan alternatif sumber energi yang lebih sederhana untuk mendukung pabrik di daratan yang beku sepanjang tahun. Rosatom berencana menjual reaktor ini ke luar negeri.

Perjalanan reaktor mengarungi Arktik diperkirakan akan berlangsung antara 4 sampai 6 pekan, bergantung pada kondisi cuaca dan es di laut. Setibanya di Pevek, kota berpenduduk 5.000 jiwa wilayah Chukotka, Siberia, reaktor itu akan menggantikan pembangkit nuklir serta pembangkit berbahan bakar batubara.

Akademik Lomonosov akan mulai beroperasi pada akhir 2019, menyalurkan listrik ke fasilitas kilang minyak di kawasan itu. Proses pembuatan Akademik Lomonosov dimulai pada 2006 di Saint Petersburg.

Kelompok pemerhati lingkungan sejak lama memperingatkan akan bahaya dari proyek tersebut. Mereka menyebut reaktor itu dengan 'Chernobyl di Es' dan 'Titanic Nuklir".

Ledakan pada uji coba rudal berbahan bakar nuklir Rusia di Laut Putih pada bulan ini hingga menyebabkan kebocoran radioaktif memicu kekhawatiran.

Rashid Alimov, kepala bidang energi Greenpeace Rusia, mengatakan, gagasan proyek reaktor apung ini sudah ditolak sejak 1990-an.

"Setiap pembangkit listrik tenaga nuklir menghasilkan limbah radioaktif dan berpotensi mengalami kecelakaan, namun Akademik Lomonosov juga rentan terhadap badai," jelas Alimov, dikutip dari AFP belum lama ini.

Menurutnya, reaktor ditarik menggunakan kapal sehingga rentan mengalami tabrakan saat terjadi badai.  Setiap kecelakaan yang melibatkan reaktor ini mungkin berdampak serius pada lingkungan Artik yang ringkih. Tidak ada peralatan untuk membersihkan nuklir (di wilayah tersebut)," ujarnya. (usatoday/tst/es)

()

Baca Juga

Rekomendasi