Penderita Bibir Sumbing Kerap Diejek

penderita-bibir-sumbing-kerap-diejek

Sidikalang, (Analisa). Putri Samosir (15), pelajar kelas 10 SMAN 1 Pegagan Hilir, Kabu­pa­ten Dairi me­nga­­ku kerap menjadi ba­han eje­kan teman akibat cacat bibir sumbing.

“Di belakang, saya sering di­bully, diejek,” kata Putri saat menyam­pai­kan terima kasih kepada Wakil Bupati Dairi, Jimmy AL Sihombing di RSU Sidikalang, Kamis (5/9).

Perempuan itu, tidak dapat mena­han air mata menyusul rasa haru. Dia mengapresiasi   empati Jimmy kepada kaum   miskin, sehingga hingga mem­peroleh pengobatan gra­tis operasi bibir sumbing Se­lama ini, sentuhan ke­­manu­siaan belum pernah di­rasakan.

“Berhentilah menangis. Tuhan membuka jalan kesem­buhan,”  kata Jimmy yang juga perwakilan keluarga Raja Na Pogos selaku penyandang da­na utama bakti sosial itu.

“Kita jangan sesekali me­rendah­kan martabat teman. Itu bukan ke­inginan mereka,” ujar Jimmy. Dite­rang­kan, ini  aksi sosial kedua setelah  2018. Pada agenda pertama jumlah peserta operasi plastik berjum­lah 14 orang.

Kegiatan itu dilaksanakan meng­gandeng Yayasan Smile Train, PT Wahana Graha Mak­mur, BPR NBP dan Sasta Group. Pejabat ini meng­ajak, ke depan berbagai pihak yang turut memperoleh keuntungan dari daerah ini, menyisihkan sebagian laba  guna membantu sesama.

Manajemen Yayasan  Smi­le Train, Chris Philip Ales­sando mengatakan, kuantita calon peserta operasi bibir sumbing tercatat 47 orang. Mereka su­dah mengikuti pemeriksaan kese­hatan.

Operasi direncanakan, Jum­at-Sab­tu (6-7/9). Pihak­nya menghadir­kan dokter spe­sialis bedah plastik. Seluruh biaya ditanggung donatur, pangan sepenuhnya dibiayai Jimmy. Kebanyakan pasien berasal dari desa dan kalangan ekonomi lemah. Untuk biaya ruangan, donatur membayar  Rp750.000 per orang.

Chris menambahkan, akan mela­yani pasien dalam jumlah tak terbatas. Jika dihitung se­cara ekonomis, pe­nanganan per pasien biaya di kisaran Rp20 juta. Sehubungan itu, pihaknya menyambut baik kepedulian keluarga Jimmy.

Kepala Puskesmas Sum­bul, Lois Sihombing mem­benarkan, menjaring beberapa pasien dari wilayah kerja­nya. Ongkos transport tak dipungut hingga pulang.

Kepala Tata Usaha RSU,   Lilis mem­benarkan, menge­na­kan biaya ru­angan dan la­boratorium Rp750.000 per pasien. Itu untuk retribusi sesuai Perda. (ssr)

()

Baca Juga

Rekomendasi