Akibat Hog Cholera dan ASF, 46.600 Ekor Babi Mati di Sumut

Akibat Hog Cholera dan ASF, 46.600 Ekor Babi Mati di Sumut
Babi yang mati karena Hog Cholera (Analisadaily/Jafar Wijaya)

Analisadaily.com, Medan - Sejak merebaknya virus Hog Cholera atau kolera babi dan juga Africa Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika di Sumatera Utara (Sumut) sejak September 2019 hingga saat ini sudah 46.600 ekor babi mati.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, Azhar Harahap mengatakan, kematian babi saat ini sudah tidak seperti pada akhir tahun yang lalu. Yang masih terjadi kematian ada beberapa kabupaten seperti Batu Bara, Tanjung Balai, dan Karo.

"Iya masih ada kematian di situ. Tapi tidak seperti dulu lagi," katanya, Selasa (11/2).

Azhar menjelaskan, saat ini ada 18 kabupaten yang tercatat terjadi kematian karena Hog Cholera dan ASF, yakni Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Langkat, Batu Bara, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Simalungun, Karo, Pakpak Bharat, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Humbang Hasundutan, Samosir, Toba Samosir, dan Dairi.

"18 kabupaten itu yang tercatat oleh kita," jelasnya.

Menurut Azhar, langkah yang masih bisa dilakukan untuk menyebarnya virus Hog Cholera dan ASF adalah dengan bio security. Langkah-langkah yang bisa dilakukan yakni membatasi lalu lintas ternak, tidak saling berkunjung khususnya di kandang yang terjadi kematian akibat Hog Cholera dan ASF.

"Juga tidak membuang bangkai ke sungai maupun ke hutan, serta menjaga sanitasi kandang dan ternak. Langkah bio security itu harus dilakukan agar tidak meluas penularanya," sebut Azhar.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, Muhaimin menuturkan, sampai saat ini vaksin yang sudah ada adalah untuk menangani virus Hog Cholera. Sementara untuk virus ASF, masih belum ada. Sehingga salah satu caranya adalah adalah dengan bio security.

"Itu cara yang bisa dilakukan. Karena belum ada vaksin untuk ASF. Kalau Hog Cholera ada. Jadi ya dengan bio security itu lah," tuturnya.

Terkait dengan kematian puluhan ribu ekor ternak babi ini, Pemprov berencana akan mengusulkan pemberian kompensasi kepada para peternak babi.

"Tapi hingga kini belum ada petunjuk dari pusat," ujar Muhaimin.

Muhaimin menegaskan, hingga kini aktvitas ternak babi masih belum bisa dilakukan, lantaran virusnya masih ada. Karenanya, kompensasi yang kita tawarkan adalah mengganti ternak lain, seperti sapi atau kerbau.

"Nantinya diharap kompensasi yang diberikan sesuai dengan potensi daerah masing- masing peternak," jelas dia.

Terkait usulan ini, menurut Muhaimin memang ada peternak yang melakukan penolakan. aAlasannya mereka tidak terbiasa dengan pemeliharaan sapi atau kambing, maunya tetap babi.

"Meski begitu, Dinas Ketahanan Pangan Sumut terus melakukan pembinaan lakukan agar mau beternak selain babi," tambah Muhaimin.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi