Penyandang Disabilitas Berharap Dilibatkan Dalam Pembuatan Kebijakan

Penyandang Disabilitas Berharap Dilibatkan Dalam Pembuatan Kebijakan
Bobby Nasution ketika mengunjungi Yayasan Pendidikan Dwituna Harapan Baru (Analisadaily/Jafar Wijaya)

Analisadaily.com, Medan - Semua orang bisa jadi disabilitas. Disabilitas bukan objek, tapi subjek. Sebab itu, sejumlah aktivis kaum difabel Kota Medan meminta untuk dilibatkan dalam menyusun kebijakan terkait kebutuhan penyandang disabilitas agar tepat sasaran.

Pernyataan ini diungkap Sri Melati, salah seorang guru pengajar di Yayasan Pendidikan Dwituna Harapan Baru, Jalan Yos Sudarso Medan saat Bobby Nasution berkunjung.

Bakal Calon Walikota Medan tahun 2020-2024 ini diterima pengelola yayasan, Lodiana Ayu, Marilyn Lievani, Lindawati Agustin Kwa, Ricky Darmawan, Eti Saragih, dan Sri Melati.

Turut hadir Ahmad Faury, tokoh Disabilitas Inspiratif Sumatera Utara (Sumut). Dalam perbincangan, alumni Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) ini mengungkapkan, pemerintahan saat ini dalam membuat kebijakan seringkali tidak melibatkan orang yang tepat. Tidak melibatkan orang yang benar-benar sebagai subjeknya.

"Sehingga bantuan sering tidak tepat sasaran," tutur Sri Melati.

Sementara Marilyn Lievani mengatakan sebagai warga dengan disabilitas, mereka tentunya pernah mendapat bantuan, diantaranya tongkat. Namun ia mengatakan bantuan tersebut tidak tepat sasaran. Lantaran penyandang tuna netra seperti dirinya membutuhkan tongkat yang sesuai sebagai alat bantu.

"Yang kami terima tongkat untuk penderita stroke. Tidak membantu saya menjadi able atau bisa melihat melalui rasa. Karena tongkat yang menjadikan saya able," tuturnya.

Begitu juga saat memberi kursi roda. Kursi roda yang diberikan tidak khusus bagi penyandang disabilitas, namun untuk rumah sakit. Marilyn juga mengeluhkan terkait fasilitas publik lain yang tidak ramah pada kaum disabilitas.

Karenanya perempuan yang pernah menempuh pendidikan psikologi ini berharap pemimpin Kota Medan nantinya bisa membuat kebijakan yang tepat sasaran, terutama bagi para difabel.

"Kita tidak mau di PHP lagi. Jika Bang Bobby nanti jadi Walikota Medan, masuk pemerintahan, tolong beri kepedulian pada difabel. Kita berharap setiap pembuatan kebijakan kita dilibatkan," ucapnya.

Sementara, Lodiana Ayu mengatakan Marilyn Lievani, Lindawati Agustin Kwa, Ricky Darmawan, Eti Saragih, dan Sri Melati adalah guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut. Kelima penyandang tunanetra ini mengajar penyandang disabilitas ganda dengan sabar sejak tahun 2014 lalu.

Rumah bertingkat tiga milik keluarga Lindawati lah yang selama ini dipakai untuk memberikan pembelajaran dengan metode program pembelajaran individu (PPI).

"Jumlah siswa kita saat ini sebanyak 5 orang. Kemudian 4 orang dalam tahap pengawasan belajar di rumah. Sebenarnya banyak orang tua yang minta agar disiapkan asrama untuk anaknya dapatkan pendidikan di sini. Namun tempat belum memadai. Mudah- mudahan tahun depan kita bisa pindah di tempat baru di Jalan Sri Batang Serangan yang kini dalam pembangunan," terangnya.

Dalam kesempatan ini Bobby Nasution mengakui kedatangan dirinya ke yayasan tersebut lantaran punya hajat untuk menjadi Bakal Calon Walikota Medan.

"Kami datang bukan untuk memberikan janji. Tapi mengajak semua pihak berkolaborasi untuk mencari solusi mengatasi permasalahan di Kota Medan," tuturnya.

Dia berharap, melalui kolaborasi, dia bisa mendapatkan program-program yang tepat sasaran.

"Kedatangan saya lebih mendengar, ternyata banyak kebijakan yang tanpa melibatkan subjek langsung. Dari sini saya jadi mengetahui apa yang dibutuhkan teman-teman difabel. Jadi nanti kita buat program tidak salah sasaran. Makanya mendengarkan langsung," ucapnya.

Usai berbincang, Bobby diajak melihat langsung ruang kelas dan mendengarkan penampilan Ricky Darmawan dan Eti Saragih dalam bermusik. Kepiawaian Ricky Darmawan memainkan keyboard diiringi permainan drum Eti Saragih dengan lagu berjudul Final Countdown dari band Europe membuat Bobby Nasution terkesima.

(JW/EAL)

Baca Juga

Rekomendasi