Penguji dan peserta Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) Aliansi Jurnalis Independen di Kota Medan foto bersama setelah acara selesai, Minggu (8/3) (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan – Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Kota Medan diikuti sebanyak 21 pewarta yang terdiri dari berbagai platform media massa, termasuk koran, media online dan televisi.
Para peserta tidak hanya yang bekerja di Kota Medan, Sumatera Utara, tapi juga ada yang datang dari luar daerah, di antaranya Aceh, Jambi, dan Sulawesi Tenggara.
Dalam proses ini, jurnalis diuji empat orang, yaitu Hasudungan Sirait, Hasan Basril, Muhammad Hamzah, dan Syifaul Arifin.
Pada kesempatan itu, Hasudungan Sirait mengatakan, sejak 2012 AJI sudah melaksanakan Uji Kompetensi Jurnalis, dan tahun ini, yang ke-64 digelar di Kota Medan, 7-8 Maret 2020. Namun sebelum UKJ dilakukan Workshop tentang Etik dan Profesionalisme Jurnalis.
“Mengapa harus ada uji kompetensi? Karena pada kenyataannya saat ini sebagian besar tidak kredibel. Sebab itu, seperti mobil yang harus mengikuti uji KIR, jurnalis harus mengikuti uji kelayakan. Dan itu bukan hanya sekali seumur hidup,” kata Hasudungan di sela-sela acara, Sabtu (7/3).
Dia menceritakan, pada hari pertama, peserta diuji pemahamannya tentang aspek teknis pembuatan berita, seperti nilai berita dan bagaimana membuat berita yang baik. Tak lupa, lanjutnya, peserta juga diuji, terkait wawasannya mengenai regulasi pers dan kode etik jurnalis.
“Pada ujian hari pertama itu, peserta diminta untuk mewawancara narasumber pada konferensi pers yang dirancang panitia dengan mengundang Asosisasi Muslim Travel Sumatera (Amtas) untuk membahas tentang dampak Covid-19 terhadap keberangkatan umrah,” sambung Hasudungan mejelaskan.
Hari kedua, peserta diminta merancang sebuah media yang menggabungkan teks, foto, video, dan infografis. Setelah diberi waktu untuk meliput dan meramu berita, dan empat kelompok pada UKJ ini diminta untuk menpresentasikan hasil kerjanya di hadapan para penguji.
Pasca proses ujian berkahir, hasil Uji Kompetensi Jurnalis diumumkan, dan sebanyak delapan belas peserta dinyatakan lulus menjadi Wartawan Muda, satu orang naik tingkat menjadi Wartawan Madya, dan dua orang tingkat Utama.
Ketua Alinasi Jurnalis Independen (AJI) Medan, Liston Damanik menyampaikan, para peserta menjalaninya dengan penuh serius, dan dalam suasana santai.
"Pelaksanaan UKJ selalu dinantikan di Medan. UKJ selalu bisa menantang intelektualitas para jurnalis sekaligus menghadirkan momen berbagi ilmu di tengah rutinitas kerja sebagai pewarta," ujar Liston Damanik.
Hasudungan, yang juga Anggota Badan Penguji AJI menyampaikan pada sesi workshop sebelumnya, praktek etik dan profesionalisme menjadi semakin penting saat ini. Karena menurutnya, masyarakat dibikin bingung dengan banyaknya produk jurnalistik yang kurang memperhatikan mutu, apalagi kode etik jurnalistik.
Masih kata pria yang akrab disapa bang Has ini, merujuk pada data Dewan Pers, hanya ratusan dari puluhan ribu media online yang menghasilkan karya jurnalistik bermutu. Sedangkan media cetak, hanya ratusan dari ribuan surat kabar yang mampu menghasilkan karya jurnalistik sesuai standar jurnalisme.
"Pers harus mempertahankan posisinya sebagai pilar keempat demokrasi. Masyarakat telah menghukum pers dan jurnalis dengan media sosial. Apakah karena itu jurnalis dan pers tamat? Jawabannya, tidak. Asalkan kita kembali ke standar etik dan profesionalisme," tegas bang Has, yang merupakan salah satu pendiri Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.
(CSP)