Forum Kejepangan Medan Hadirkan Upacara Minum Teh Jepang di FIB USU, Begini Caranya!

Forum Kejepangan Medan Hadirkan Upacara Minum Teh Jepang di FIB USU, Begini Caranya!
Instruktur memeragakan Cha no Yu. (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Program Studi (Prodi) Bahasa Jepang, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sumatera Utara (USU) menghadirkan upacara minum teh "Cha no Yu".

Kegiatan yang dikemas dalam bentuk workshop itu digelar Forum Kejepangan Medan (Forkem) dan merupakan rangkaian dari perayaan Dies Natalis ke-34 Hinode (Himpunan Mahasiswa Prodi D3 Bahasa Jepang FIB USU).

Tampil sebagai instruktur pada kegiatan "Cha no Yu" adalah Teraguchi Yoshiko dibantu oleh Minoura Koshi.

Keduanya adalah tenaga sukarelawan Bahasa Jepang NIHONGO Partners yang ditempatkan di Medan.

Ketua Forkem Alimansyar, PhD mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan "Cha no Yu".

Pengurus Forkem Medan diabadikan bersama peserta workshop Cha no Yu.
"Yaitu tradisi upacara minum teh Jepang kepada warga Medan, terutama mereka yang tertarik dengan budaya Jepang," ujarnya.

Alimansyarmemaparkan, Cha no Yu bukan hanya upcara minum teh biasa, tetapi mengandung nilai-nilai luhur terutama filosofi menyambut tamu oleh tuan rumah di Jepang.

Workshop itu sendiri diawali dengan penjelasan secara umum tentang Cha no Yu oleh instruktur. Penjelasan dimulai dengan apa itu Cha no Yu, kapan dilaksanakan, di mana tempat pelaksanaannya, siapa yang melaksanakan, apa peralatan yang digunakan, bagaimana cara melakukannya, serta hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam Cha no Yu.

Setelah penjelasan selesai, instruktur lalu memperagakan bagaimana cara meramu teh Jepang, dan menyajikannya. Para peserta sangat antusias melihat demonstrasi yang dilakukan oleh dua orang itu.

Di mana yang satu bertindak sebagai tuan rumah dan yang satu bertindak sebagai tamu. Dari demonstrasi yang dilakukan oleh instruktur terlihat bahwa penyajian teh dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti, mulai dari mengambil bubuk teh dan menuangkannya ke dalam cawan, lalu menuangkan air panas dan mengaduknya.

Ketelitian dan kecermatan tersebut tentu menghasilkan cita rasa yang nikmat.
Setelah teh siap disajikan, maka tuan rumah mempersilahkan tamu untuk mencicipinya.

Tetapi sebelum mencicipinya, terlebih dahulu tamu disuguhkan kue manis, agar rasa pahit teh tidak begitu terasa. Ketika proses tersebut berlangsung, beberapa kali terlihat tuan rumah dan tamu saling memberi hormat dengan membungkukkan badan.

Bukan hanya itu saja, antaratuan rumah dan tamu juga saling berkomunikasi dengan tutur kata yang sangat sopan.

Ucapan yang disampaikan tamu dalam upacara ini. Yang pertama adalah ucapan ketika hendak memakan kue sebelum meminum teh.

Sambil ojigi (membungkukkan badan) tamu mengucapkan "Okashiwochoudaishimasu" yang berarti 'Saya terima kuenya'.

Dilanjutkan dengan mengucapkan "Osaki nichoudaishimasu" sambil ojigi, yang berarti "saya terima duluan suguhannya".

Ucapan ini merupakan ucapan yang disampaikan kepada tamu lainnya.

Terakhir tamu mengucapkan "otemaechoudaishimasu" yang berarti 'saya terima suguhannya' yang diucapkan sambil ojigi sebelum meminumteh yang dihidangkan.

Dari demonstrasi ini juga dapat diketahui bagaimana adab tuan rumah ketika menyuguhkan teh kepada tamu, dan adab tamu ketika hendak meminum tehnya.

Ketika menyuguhkan tehnya, tuan rumah memberikan dengan menghadapkan motif pada cawan kepada tamu yang bertujuan menampilkan cawan yang paling bagus kepada tamu.

Sedangkan tamu setelah menerima tehnya, memutar 2x cawan secara perlahan ke arah kanan yang bertujuan agar bagian motif yang di awal menghadap ke tamu berbalik menghadap tuan rumah agar ketika meminumnya, bagian motif tersebut tidak terkotori dengan mulut sang tamu yang menunjukkan keramahtamahan tamu menghargai pemberian tuan rumah.

(BR)

Baca Juga

Rekomendasi