Lima Film Seru Pengusir Kebosanan Ketika Lockdown

Lima Film Seru Pengusir Kebosanan Ketika Lockdown
Film yang bisa disaksikan selama masa karantina di rumah (Al Jazeera)

Analisadaily.com, New South Wales - Terisolasi di rumah selama berhari-hari untuk menghentikan penyebaran virus corona (Covid-19) dapat menyebabkan kebosanan hingga stres.

Jika Anda mencari cara untuk menghabiskan waktu dan mengalihkan pikiran dari pandemi Covid-19, berikut adalah beberapa film dokumenter yang paling menggembirakan:

1 The Wombat Whisperer

Di tempat penangkaran hewan di New South Wales, Australia, Donna Stepan yang dikenal sebagai "wombat whisperer" menyelamatkan seekor wombat yang terluka dan yatim piatu.

"Mereka akan berada dalam daftar yang terancam dalam 20 tahun. Tidak diragukan lagi dalam pikiran saya," kata Donna.

Dia ingin dunia mewaspadai kudis sarcoptic, penyakit parasit fatal dan menular yang bisa memusnahkan populasi wombat.

Donna sedang mencari cara baru untuk mengobati mamalia berkaki pendek itu dengan memberi pil dan membangun "rumah sakit liang".

"Dalam The Wombat Whisperer kami menyelidiki perjuangan untuk menyelamatkan salah satu hewan asli Australia yang paling dicintai," tukasnya.

2 Pigeon Battles of Cairo

Koka adalah tokoh yang disegani dalam dunia pertempuran merpati di Kairo.

Hidupnya selalu diisi dengan kontes-kontes merpati. Orang di sekelilingnya saling berbenturan dalam berburu dan menangkap merpati yang akan diadu.

Namun di sisi lain, Koka juga merawat ratusan merpati luka yang dia bawa ke menara kayunya.

Koka mencintai merpati karena kesetiaan, disiplin dan kebanggaan mendalam yang mereka bawa kepadanya.

Ketika memasuki usia 29 tahun, ia berada di bawah tekanan agar berhenti dari kontes merpati dan segera menikah.

Khawatir ini akan menjadi kontes terakhir, Koka menantang salah satu tim merpati terbaik di Kairo.

Film Pigeon Battles of Cairo menceritakan kisah Koka dalam memperkuat reputasinya sebagai penjinak merpati yang hebat.

3 Panyee's Football Heroes and Their Floating Pitch

Di Thailand Selatan ada sebuah desa nelayan bernama Koh Panyee. Awalnya penduduk di sana hanya bergantung pada Laut Andaman untuk kehidupan mereka.

Namun kini pulau tersebut sudah diubah menjadi tujuan wisata dengan ikan dan mutiara segar dan lapangan sepakbola terapung.

Terinspirasi oleh Piala Dunia 1986, sekelompok penggemar sepakbola membentuk sebuah klub dan membangun lapangan di atas air karena hampir tidak ada tanah yang bisa dijadikan lokasi bermain.

Ternyata langkah ini justru mengangkat derajat masyarakat di pulau tersebut dari kemiskinan, pengangguran dan buta huruf.

Dalam film ini diceritakan kisah anak-anak Koh Panyee membangun lapangan terapung yang kemudian mengubah kehidupan mereka.

4 Rio's Favela Ballerinas

Complexo do Alemao di Rio de Janeiro, Brazil, terbentang di perbukitan sebelah barat bandara.

Ini merupakan salah satu tempat paling kriminal di Brazil yang sering terjadi pembunuhan.

Terlepas dari lingkungannya, Tuany Nascimento mulai menari balet pada usia lima tahun. Sekarang di usia 26 tahun dia mengajar generasi baru di lingkungannya.

Film pendek ini menceritakan kehidupan gadis-gadis kecil yang senantiasa mempraktikkan tarian anggun di sebuah lapangan olahraga. Padahal tempat tinggal mereka sangat rawan sehingga polisi harus mengenakan rompi anti peluru dengan regu penembak jika mengunjungi lokasi ini.

5 Schooling Korea's Grandmas

Nenek-nenek seperti Park Go-ee dan temannya, Park Kyung-soon, tidak mendapat pendidikan formal ketika muda karena tradisi budaya yang ketat.

Namun di usia tuanya mereka berhasil memenuhi impian untuk belajar membaca dan menulis.

Sekolah mereka adalah salah satu dari sejumlah sekolah pedesaan di Korea Selatan yang berjuang agar tetap beroperasi. Sebab turunnya tingkat kelahiran dan tingginya angka migrasi ke kota membuat jumlah anak sekolah sangat minim.

Alhasil sekolah tersebut membuka pendaftaran bagi siswa lanjut usia agar tetap beroperasi.

"Para nenek menjaga sekolah tetap hidup. Saya berharap lebih banyak nenek bergabung dengan kami," kata Park Go-ee.

Editor:  Eka Azwin Lubis

Baca Juga

Rekomendasi