Corona Menyatukan Cara Pandang Arti Kebersamaan

Corona Menyatukan Cara Pandang Arti Kebersamaan
Camat A Fitriyan Sukry (tengah) dengan elemen lintas organisasi dan relawan masyarakat menyatu dalam kebersamaan dalam aksi kepedulian memutus mata rantai penyebaran wabah Corono di wilayah pesisir Pantailabu, Jumat (17/4) (Analisadaily/Amirul Khair)

Analisadaily.com,Pantailabu - Ancaman virus Corona yang dikenal dengan Corona Virus Disease 2019, kini menjadi ‘hantu’ menakutkan. Wujudnya yang tidak nampak di pelupuk mata dengan ukuran sekira 125 nanometer dengan pola penyebaran serta penularan lewat aktivitas manusia yang selama ini akrab dengan interaksi sosial, justru menjadi dilema.

Keakraban bermasyarakat pun kini mengalami gangguan sosial. Sensitivitas begitu terasa. Rutinitas pertemuan yang menjadi sarana ampuh untuk berinteraksi nyaris jadi pemandangan langka. Suara ‘deheman’ batuk yang selama ini menjadi ‘senandung’ biasa, berubah menjadi menjadi kecurigaan.

Bahkan dinding-dinding media sosial kini menyebut, “Suara kentut (angin yang keluar dari lubang dubur) lebih mendapat tempat atau lebih diterima dibandingkan suara deheman batuk”. Padahal suara kentut selama ini menjadi faktor gangguan sosial tidak lazim dan mendapat ‘kutukan’.

Selain mengancam nyawa manusia, virus Corona juga sudah mengusik ketenangan dan ketenteraman aktivitas belajar, berusaha, berkarya, bermasyarakat dan semua sektor kehidupan. Bahkan pada kebutuhan spiritual mendasar yakni, beribadah, virus Corona tak pandang bulu telah menghentikannya.

Hikmah

Ada pepatah mengatakan, “Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya”. Benarkah? Bila berpikir jernih dan bijaksana, pepatah di atas sangat tepat dan sangat mujarab untuk membangun optimisme dalam hidup.

Seorang kakek di kampung penulis di pesisir Kecamatan Pantailabu, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara (kini sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu) mengalami kebutaan pada kedua matanya usai pulang dari melaut dari perairain Selat Malaka.

Diawali dari rasa perih pada bagian mata, ia mengalami kebutaan total dan tidak bisa melihat sama sekali sampai menjalani kehidupan sekira 23 tahun lamanya. Masih teringat di pikiran penulis ketika melontarkan pertanyaan. “Wak, apa hikmah yang didapat dengan tidak bisa melihat lagi?

Ia dengan senyum dan nada rendah menjawab, “Salah satunya dosa dari maksiat mata berkurang dan lebih rajin ibadah”.

Satu dari peristiwa yang punya hikmah dan memberikan efek positif terhadap cara pandang menjalani hidup di dunia sehingga tidak larut dalam kesedihan. Bahkan efeknya justru lebih dahsyat melejitkan kecerdasan berpikir dan bersikap sehingga tidak berujung pada kegalauan dan keputusasaan berkelanjutan.

Demikian pula dengan wabah virus Corona. Ada hikmah dan sisi positif yang tercipta lewat musibah yang tidak lagi berskala nasional apa lagi lokal. Tapi sudah berskala internasional.

Menyatukan

Hal itu pula yang diakui tokoh muda Kecamatan Pantailabu, Bobi Sari Ramadhan. Pemuda yang kini aktif di induk organisasi kepemudaan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) ini mengaku virus Corona punya banyak hikmah.

Ia menilai, wabah ini justru telah menyatukan cara pandang dan sikap serta keakraban elemen masyarakat terutama di kawasan pesisir Pantailabu. Hal itu diakuinya terekam dari aksi bersama Apel Siaga COVID-19 yang diinisiasi Camat Pantailabu A. Fitriyan Sukry 2 baru-baru ini.

Apel Siaga COVID-19 tersebut mampu menyatukan kondisi elemen masyarakat yang selama ini ‘berserakan’ dalam kebersamaan aksi kepedulian terhadap sesama mewujudkan Pantailabu menjadi kawasan ‘Bebas Corona’.

Setidaknya dalam aksi kepedulian dalam bentuk penyemprotan cairan disinfektan itu, ada sejumlah elemen lintas organisasi kepemudaan (OKP) yang terlibat seperti, KNPI, Karang Taruna, remaja masjid yang berhimpun dalam Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Pemuda Pancasila (PP), Ikatan Pemuda Karya (IPK), Gerakan Pemuda Ansor, Keluarga Besar Putra-Putri (KBPP) Polri, Ikatan Mahasiswa Pantailabu (Imapala), serta elemen masyarakat lain selaku relawan.

Ketua Umum BKPRMI Pantailabu, Afrizal juga menilai positif dan punya hikmah dari musibah yang Allah takdirkan lewat wabah Corona. Selain wabah Corona ujian bagi orang beriman, juga menyentakkan arti kebersamaan dalam menyikapinya. Satu di antaranya menumbuhkan kepedulian yang perwujudannya harus lewat kebersamaan.

“Ini sangat positif dalam menumbuhkan kesadaran untuk bersama-sama mencegah penyebarannya. Kalau hanya satu orang atau satu kelompok saja yang peduli tanpa kebersamaan, upaya kita akan sia-sia,” jelasnya.

Ungkapan senada juga dilontarkan Ketua GP Ansor Pantailabu Agung. Selama ini sulit melihat pemandangan elemen masyarakat di kawasan pesisir tersebut bersama dalam aksi membangun daerah. Berjalan sendiri-sendiri lewat orientasi kebijakan organisasi masing-masing seakan terkesan sulit untuk duduk bersama.

“Aksi kepedulian memutus mata rantai virus Corona yang digagas Camat Pantailabu menjadi salah satu dari penyatuan gerak lintas organisasi kepemudaan yang ada di sini,” terangnya.

Camat Pantailabu A Fitriyan Sukry pun mengaku bangga dengan kekompakkan dan kebersamaan elemen masyarakat di pesisir yang dipimpinnya. Salah satu modal mendasar membangun sebuah daerah adalah kebersamaan.

“Kami sangat mengapresiasi semua masukan dan tindakan hari ini dari semua elemen masyarakat termasuk ‘pendekar-pendekar’ Pantailabu para kepala desa serta para pengusaha,” ucapnya.

Menurut Sukry, semua program pembangunan termasuk upaya melakukan pencegahan merebaknya wabah Corona, tidak akan memberikan efek manfaat bila tidak didukung seluruh masyarakat.

Semoga hikmah yang telah menyatukan elemen masyarakat Pantailabu dalam kebersamaan dikarenakan wabah Corona, terus terajut kuat dan tidak lekang seiring waktu berjalan untuk “Pantailabu maju, berbudaya dan relegius”.

Berita kiriman dari: Amirul Khair

Baca Juga

Rekomendasi