Ketua Tim Pembuatan Ventilator Vent-I dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Syarif Hidayat, saat memberikan keterangan. (Asia One/Reuters)
Analisadaily.com, Bandung - Sebuah tim insinyur Indonesia yang bekerja sepanjang waktu telah memproduksi ventilator dalam dua bulan untuk dijual dengan harga yang lebih murah dari biasanya. Diharapkan ini dapat mencegah penularan COVID-19.
Hingga kemarin, Kamis (7/5), Indonesia melaporkan 338 kasus virus korona baru kemarin, sehingga jumlah totalnya menjadi 12.776. Ada 35 kematian, dengan total menjadi 930, jumlah kematian tertinggi di Asia Timur di luar China.
Seperti banyak negara lain, Indonesia menghadapi kekurangan alat pernapasan mekanik yang vital untuk mengobati orang dengan penyakit pandemi.
Dilansir dari
Asia One, Jumat (8/5), menggunakan bahan-bahan rumah tangga, seperti gelas minum plastik untuk membuat bagian-bagian, 40 insinyur dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan ventilator Vent-I yang berukuran mini-oven.
Lembaga ini bertujuan untuk menjual masing-masing mesin dengan harga kurang dari 15 juta rupiah, dan tidak seperti harga ventilator lainnya yang mencapai ratusan juta rupiah.
"Struktur ventilator ini jauh lebih sederhana dibandingkan dengan ventilator yang kita lihat di unit perawatan intensif," kata ketua tim peneliti, Syarif Hidayat.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan bulan lalu, Indonesia memiliki 8.413 ventilator di 2.867 rumah sakit di seluruh nusantara,
Itu jauh dari cukup untuk 180.000 ICU yang dibutuhkan Indonesia dalam kasus terbaik, menurut sebuah studi yang dipimpin oleh ITB baru-baru ini yang memperkirakan infeksi meningkat menjadi 1.6 juta di negara berpenduduk 260 juta orang.
(CSP)