Penularan Corona Lewat Udara Masih Dikaji

Penularan Corona Lewat Udara Masih Dikaji
Warga mengenakan masker saat beraktivitas di depan Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Kamis (9/7). (ANTARA FOTO/Novrian Arbi/aww)

Analisadaily.com, Jakarta - Pemahaman para ahli terhadap karakter virus Corona terus berkembang. Hasil dari berbagai penelitian mereka juga akan berpengaruh terhadap kebijakan pencegahan Covid-19 secara global.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Nasional, Wiku Adisasmito, telah menanyakan secara langsung kepada Badan PBB untuk Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia mengenai perkembangan penelitian virus ini. WHO Indonesia berkoordinasi aktif dengan para peneliti sejak April lalu.

Salah satunya mengenai penelitian transmisi atau penularan lewat udara. Hasil dari penelitian yang ada menunjukkan bahwa transmisi udara belum terbukti secara pasti. Kata Wiku, WHO mendorong penelitian lebih lanjut di bidang ini.

“Seiring transmisi melalui udara, kami melihat banyak rute transmisi lainnya, bekerja sama dengan para ahli dari berbagai bidang. WHO juga akan meringkas apa yang mereka ketahui dalam ringkasan ilmiah tentang transmisi, yang akan segera dirilis,” kata Wiku dilansir dari Covid19.go.id, Jumat (10/7).

Lebih lanjut, Wiku menjelaskan, transmisi Covid-19 melalui udara mungkin dapat terjadi pada kondisi dan keadaan tertentu suatu tindakan yang menimbulkan partikel aerosol dilakukan.

Seperti, memasang dan melepas selang intubasi endotrakea, bronkoskopi, penyedotan cairan dari saluran pernapasan, pemakaian nebulisasi, tindakan invasif dan non invasif pada saluran pernapasan dan resusitasi jantung paru.

Sementara itu, publikasi baru-baru ini dari New England Journal of Medicine telah mengevaluasi ketahanan virus penyebab Covid-19

Dalam kajiannya, aerosol terkumpul melalui sebuah alat yang kemudian dimasukkan ke dalam tabung Goldberg dalam lingkungan terkendali laboratorium.

Alat tersebut merupakan mesin berkekuatan tinggi dan tidak merefleksikan kondisi normal manusia saat batuk.

Penemuan pada kajian itu menunjukkan, virus Covid-19 yang mampu bertahan di udara hingga 3 jam ini tidak mencerminkan kondisi klinis manusia di saat batuk. Kondisi tersebut terjadi pada saat eksperimen dilakukan untuk melihat konsentrasi partikel yang melayang di udara.

Berdasarkan bukti-bukti itu, WHO terus merekomendasikan pencegahan penularan yang disebabkan oleh droplet dari orang yang terinfeksi Corona.

Pada lingkungan dimana dilakukan prosedur yang menghasilkan aerosol, WHO tetap merekomendasikan tindakan pencegahan berdasarkan tingkat risikonya.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi