Pendakian ke Gunung Everest Kembali Dibuka

Pendakian ke Gunung Everest Kembali Dibuka
Gunung Everest, puncak tertinggi di dunia, dan puncak lain dari jajaran Himalaya terlihat melalui jendela pesawat selama penerbangan dari Kathmandu, Nepal 15 Januari 2020. (Reuters/Monika Deupala/File Foto)

Analisadaily.com, Kathmandu – Pendakian ke pegunungan Himalaya, termasuk Gunung Everest, kembali dibuka pada musim gugur, untuk meningkatkan ekonomi yang bergantung pada pariwisata, meskipun terdapat infeksi virus Corona yang meningkat.

Nepal sebelumnya menutup pendakian dan trekking pada Maret untuk membendung virus Corona baru, yang sejauh ini telah menginfeksi 19.547 orang dan menyebabkan 52 kematian di negara berpenduduk 30 juta itu.

"Kami telah membuka kembali pendakian gunung dan akan mengeluarkan izin pendakian untuk musim gugur," kata pejabat departemen pariwisata, Mira Acharya, seraya menambahkan, pendaki harus mengikuti protokol kesehatan yang dikeluarkan pemerintah.

Pendakian pada musim gugur di Nepal berlangsung dari September hingga November. Sementara infeksi di banyak negara Barat sedang menurun, negara-negara Asia Selatan termasuk Nepal masih menyaksikan peningkatan yang tetap pada beban kasus.

Tidak adanya pendakian di musim populer April-Mei menyebabkan kerugian jutaan dolar Nepal. Ratusan pelancong asing dan sekitar 200.000 sherpa, pemandu, dan portir tertabrak.

Meskipun pemerintah sekarang ingin membuka kembali pendakian, penerbangan internasional ditutup hingga pertengahan Agustus dan pembatasan perjalanan di Nepal tetap, yang berarti pendaki masih akan dijauhkan dalam jangka pendek.

"Beberapa pendaki ke gunung yang lebih kecil mungkin datang, tetapi saya ragu tentang yang besar," kata Ang Tshering Sherpa, seorang penyelenggara ekspedisi di ibu kota Kathmandu.

Nepal pada hari Kamis juga mengizinkan pembukaan kembali hotel dan restoran dengan beberapa batasan. Tidak ada konferensi, seminar, pusat kebugaran atau kasino yang diizinkan, kata Binayak Shah, wakil presiden Asosiasi Hotel Nepal (HAN).

"Sekarang (tentang) hotel mana yang aman, bukan yang menawarkan layanan yang lebih baik," kata Shah dilansir dari Channel News Asia, Jumat (31/7).

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi