Sejumlah murid antre mencuci tangannya sebelum memasuki ruang kelas di SD N Negeri 6, Bekasi, Jawa Barat, Senin (3/8). (ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/wsj)
Analisadaily.com, Jenewa - Ketika sekolah-sekolah di seluruh dunia berjuang untuk dibuka kembali, data terbaru dari Program Pemantauan Bersama WHO/UNICEF (JMP) mengungkapkan, 43 persen sekolah di seluruh dunia tidak memiliki akses ke cuci tangan dasar, seperti sabun dan air.
Hal itu merupakan syarat utama bagi sekolah untuk beroperasi dengan aman di tengah pandemi virus Corona.
Direktur Eksekutif UNICEF, Henrietta Fore menyampaikan, penutupan sekolah global sejak permulaan pandemi Covid-19 telah menghadirkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi pendidikan dan kesejahteraan anak-anak.
“Kita harus memprioritaskan pembelajaran anak. Ini berarti memastikan sekolah aman untuk dibuka kembali, termasuk akses ke kebersihan tangan, air minum bersih, dan sanitasi yang ama,” kata Fore dilansir dari
Who.int, Jumat (14/8).
Menurut laporan itu, sekitar 818 juta anak kekurangan fasilitas cuci tangan dasar di sekolah mereka, yang membuat mereka berisiko tinggi terkena Corona dan penyakit menular lainnya.
Lebih dari sepertiga dari anak-anak ini atau 295 juta berasal dari sub-Sahara Afrika. Di negara kurang berkembang, 7 dari 10 sekolah tidak memiliki fasilitas cuci tangan dasar dan setengah dari sekolah tidak memiliki sanitasi dasar dan layanan air.
Laporan tersebut menekankan, pemerintah yang berusaha mengendalikan penyebaran Covid-19 harus menyeimbangkan kebutuhan untuk penerapan tindakan kesehatan masyarakat versus dampak sosial dan ekonomi terkait dari tindakan penguncian.
Bukti dampak negatif dari penutupan sekolah yang berkepanjangan terhadap keselamatan, kesejahteraan, dan pembelajaran anak-anak didokumentasikan dengan baik.
Akses ke air, sanitasi dan layanan kebersihan penting untuk pencegahan dan pengendalian infeksi yang efektif di semua rangkaian, termasuk sekolah.
“Ini harus menjadi fokus utama dari strategi pemerintah untuk pembukaan kembali yang aman dan pengoperasian sekolah selama pandemi global COVID-19 yang sedang berlangsung,” kata Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.
(CSP)