Petugas memeriksa alat pengukur sinar matahari di Stasiun Klimatologi, BMKG Yogyakarta, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (7/10/2020). Pihak BMKG merilis peringatan dini terkait anomali iklim La Nina yang berpotensi menyebabkan peningkatan akumulasi jumlah cura (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)
Analisadaily.com, Jakarta - Setiap pemangku kepentingan, termasuk masyarakat, diajak agar mengantisipasi fenomena cuaca la nina dengan memanfaatkan data meteorologi, sehingga dapat melakukan mitigasi bencana secara seksama.
Ajakan tersebut disampaikan Deputi Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Lilik Kurniawan, dilansir dari
Antara, Minggu (11/10).
"Bagaimana kita memanfaatkan data," kata Lilik dalam webinar bertema 'Fenomena La Nina apa yang harus dilakukan?'.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah menyuplai berbagai data prakiraan cuaca yang dapat diakses publik. BNPB juga memiliki aplikasi InaRisk yang memetakan bencana di berbagai daerah di Indonesia.
Data yang tersedia dapat dimanfaatkan pemerintah dan publik untuk merencanakan berbagai hal sehingga la nina yang ada di depan mata tidak menimbulkan kerugian besar baik secara materi maupun nonmateri.
La nina merupakan fenomena alam yang menyebabkan curah hujan di suatu kawasan turun dalam intensitas yang berlebih. Jika tidak diantisipasi dengan baik maka dapat memicu bencana hidrometeorologi yang tak jarang merugikan.
"La nina dapat memicu bencana alam sehingga berbagai fasilitas publik yang rentan agar diperhatikan ketahanannya. Tidak kalah penting juga adalah perlu ada antisipasi untuk ketahanan pangan masyarakat, baik di tingkat pusat maupun daerah," sebut Lilik.
BMKG sendiri menyebut memasuki bulan Oktober 2020, fenomena la nina mulai terjadi. Dampak yang akan terjadi adalah kenaikan curah hujan hingga 40 persen dibanding kondisi normal.
"Masyarakat di sejumlah daerah rawan bencana untuk waspada dan melakukan mitigasi mandiri," imbau Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.
(RZD)