Ketum Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, memberikan piagam penghargaan kepada Kades Wonosari, Suparman (Analisadaily/Amirul Khair)
Analisadaily.com, Tanjung Morawa - Kepala Desa (Kades) Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Suparman, dianugerahi penghargaan sebagai tokoh inisiator gerakan perlindungan anak dari Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak (PA).
Penghargaan itu diserahkan langsung Ketua Umum Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, Kamis (29/10).
Arist mengapresiasi komitmen Suparman yang dinilai peduli dengan gerakan perlindungan anak dengan menginisiasi terbentuknya Forum Komunikasi Anak Desa (FKAD) dan Kelompok Kerja (Pokja) Perlindungan Anak tingkat desa.
"Saya atas nama Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak memberikan penghargaaan kepada Bapak Kepala Desa Wonosari yang punya komitmen dalam menginisiasi gerakan perlindungan anak," ungkap Arist, diterima
Analisadaily.com, Jumat (30/10).
Karena komitmen itu pula, peringatan 22 tahun Komnas PA yang lazimnya digelar tanggal 26 Oktober, dilaksanakan di Kabupaten Deli Serdang dengan memilih Desa Wososari sebagai pusat kegiatan bertajuk 'Selebrasi 22 Tahun Komnas Perlindungan Anak'.
Apa lagi, terang Arist, Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah tertinggi tingkat kekerasan terhadap anak di Sumatera Utara, disusul Kota Medan.
"Sehingga sangat tepat perayaan 22 tahun Komnas PA dipusatkan di Desa Wonosari," sebutnya.
Arist yang turut didampingi Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Sumut Muniruddin Ritonga, Ketua LPA Deli Serdang Junaidi Malik dan sejumlah pengurus juga menyampaikan pesan moral berupa ajakan untuk bersama-sama melakukan gerakan perlindungan anak demi mewujudkan kepentingan terbaik mereka dengan memutus mata rantai kekerasan terhadap anak.
"Saya menyampaikan pesan moral untuk kita semua agar bersama-sama memutus mata rantai kekerasan terhadap anak," imbau Arist.
Sementara Kades Wonosari, Suparman, mengaku apresiasi yang diberikan sebagai tokoh inisiator dari Komnas PA menjadi motivasi bagi dirinya untuk terus melakukan gerakan perlindungan anak di desa yang dipimpinnya.
"Wonosari sendiri merupakan desa yang multietnik dan agama. Karena itu kebersamaan semua elemen masyarakat dalam gerakan perlindungan anak di Desa Wonosari menjadi kekuatan untuk melindungi anak dari segala bentuk kekerasan," kata Suparman.
Banyak faktor yang menyebabkan kekerasan terhadap anak terjadi. Kecanggihan teknologi seperti menjadi salah satu fenomena mengkhawatirkan di tingkat masyarakat. Tindak kekerasan terhadap anak dan keruntuhan keluarga bisa terjadi akibat perkembangan teknologi yang tak terkontrol.
Karena itu pula, Suparman yang juga Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Pemerintah Desa (Apdesi) Sumut berharap, akselerasi perlindungan anak untuk memutus mata rantai kekerasan terhadap mereka semakin baik setelah terbentuknya Forum Komunikasi Anak Desa dan Pokja PA di tingkat desa.
(AK/EAL)