Besar di Lingkungan Etnis Tionghoa dan Tetangga Non Muslim

Menteri Agama Berkisah Masa Kecil di Aceh

Menteri Agama Berkisah Masa Kecil di Aceh
Menteri Agama, Fachrul Razi (Analisadaily/Muhammad Saman)

Analisadaily.com, Banda Aceh - Menteri Agama, Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, berkisah tentang masa kecilnya di Banda Aceh yang hidup dalam kerukunan dan toleransi antar umat beragama.

Kisah ini disampaikannya saat membuka gelaran dialog tokoh lintas agama dan masyarakat adat di Banda Aceh.

Dialog yang diinisiasi Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kemenag Republik Indonesia, mengusung tema 'Melalui Dialog Lintas Agama Kita Optimalkan Tugas dan Fungsi para Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat Dalam Rangka Pemeliharaan dan Penguatan Kerukunan di Aceh'.

"Saya lahir dan besar di Kota Banda Aceh. Lingkungan saya banyak yang etnis Tionghoa dan tetangga non muslim. Ketika saya lulus masuk AKABRI, mereka yang berprofesi niaga menutup tokonya dan mengantar saya beramai-ramai ke stasiun," kenang Fachrul Razi di Banda Aceh, Minggu (13/12).

"Begitulah indahnya kerukunan di Aceh. Soal kerukunan di Aceh sudah selesai bahwa maayarakat Aceh sejak dulu sudah rukun dan sangat toleransi," sambungnya.

Fachrul mengatakan, salah satu program prioritas Kemenag yaitu 'Kita Cinta Papua' dan 'Kita Cinta Aceh'. Program ini terhubung oleh sebuah jembatan emas kesetiakawanan dari Aceh, Maluku, Papua dan Papua Barat.

Program jembatan kesetiakawanan itu, lanjutnya, adalah ikhtiar bersama untuk memajukan bidang keagamaan dan pendidikan keagamaan dari Aceh, Maluku, Papua dan Papua Barat yang dibalut semangat kerukununan dan toleransi.

"Sebagai Menteri Agama, saya senang dan bangga dengan tokoh agama, tokoh masyarakat Aceh dan FKUB yang terpangil untuk ikut serta dalam program Kita Cinta Papua," paparnya

Menurutnya, gerakan dialog tokoh lintas agama di Aceh merupakan momentum penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia berpotensi menghadapi perpecahan bila kesepakatan nasional yaitu Pancasila tidak dijaga dan dirawat bersama.

"Keragaman itu adalah rahmat, bukan petaka. Bagi bangsa Indonesia, keragaman adalah takdir bukan untuk ditawar melainkan diterima. Kerukunan umat beragama adalah unsur utama dalam kerukunan nasional," tegas Fachrul Razi.

"Saya menyampaikan terima kasih kepada Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haythar atas kepeduliannya terhadap sejarah Aceh dan membangun kerukunan umat beragama di Aceh," tandasnya.

Dialog lintas tokoh agama dan tokoh masyarakat di Aceh turut dihadiri Kakanwil Kemenag Papua, Papua Barat dan Maluku, beserta tokoh agama yang tergabung dalam FKUB.

Tampak hadir Sekjen Kemenag RI dan para pejabat Kementerian Agama Pusat, Staf Khusus Menag, Staf Ahli Gubernur Aceh beserta segenap Forkopimda Pemprov Aceh dan keluarga besar ASN Kemenag Aceh..

(MHD/EAL)

Baca Juga

Rekomendasi