Kepala Desa Rantau Panjang, Muhammad Yusni (Analisadaily/Amirul Khair)
Analisadaily.com, Pantai Labu - Desa Rantau Panjang di kawasan pesisir Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, siap dijadikan sebagai 'Kampung Penegak Batang Terendam' dalam upaya mengembalikan dan melestarikan khazanah budaya melayu yang nyaris hilang ditelan zaman.
"Kalau memang didukung, Rantau Panjang siap," tegas Kepala Desa Rantau Panjang, Muhammad Yusni, kepada
Analisadaily.com, Jumat (25/12), usai seminar bertajuk "Busana Tradisional Melayu dan Destar Alam Melayu" di Yayasan Pendidikan Sinar Serdang.
Menurut Yusni yang akrab disapa Buyung, dirinya sangat menanti dan merindukan program-program untuk kemajuan masyarakat di pesisir tersebut. Sebab dirinya tidak bisa bergerak sendiri tanpa didukung banyak pihak yang punya orientasi dan kemampuan untuk memajukan desanya.
Ide sejumlah tokoh melayu untuk menjadikan Rantau Panjang sebagai 'Kampung Penegak Batang Terendam' akan punya dampak positif bagi kemajuan desa tersebut, baik secara keimuan dalam menjaga khazanah budaya melayu, juga dengan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
"Inilah yang awak (saya) tunggu-tunggu. Awak siap sebagai kepala desa. Tidaklah bisa awak memajukan kampung ini kalau tidak ada dorongan dan bantuan orang lain," ungkap Buyung.
Buyung menambahkan, Rantau Panjang memiliki sejarah luar biasa. Sebab dulu desa tersebut merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Serdang dan mencapai kemajuan sebelum Indonesia merdeka.
Bahkan sampai kini masih berdiri dengan kokoh dan difungsikan masyarakat untuk aktivitas ritual keagamaan situs masjid raya Sultan Basyaruddin yang sudah berumur 1,5 abad lebih. Masjid ini menjadi salah satu bukti sejarah kejayaan Kesultanan Serdang masa kepemimpinan Sultan Basyaruddin.
"Sekali lagi awak katakan siap. Apa pun untuk kemajuan yang baik, siap. Tapi jangan setengah-setengah," tandasnya.
Tokoh melayu pesisir Pantai Labu, Rusdi memaparkan, saat ini sedang dibuat perencanaan untuk membangun Desa Rantau Panjang sebagai kawasan yang menjadi miniatur khazanah melayu. Konsep pembangunannya untuk mengembalikan beberapa titik fungsi yang zaman dulu saat masih ada Kesultanan Serdang.
Dulu, belakang masjid raya Sultan Basyaruddin merupakan jalan utama yang kini sudah tidak ada lagi. Dan secara partisipatif, keberadaan jalan tersebut akan dibuka kembali meski tidak berfungsi menjadi jalan utama karena sekarang sudah berubah di titik tepat di depan masjid raya Sultan Basyaruddin.
“Dulu, jalan utamanya itu di belakang masjid. Sekarang jalan sudah di depan. Kita ingin mengembalikan fungsinya seperti dulu. Tapi tidaklah persisi seperti dulu,” terang Rusdi.
Jalan tersebut akan kembali dibangun seiring dengan upaya melestarikan kembali aliran sungai kemuning yang sudah tidak berfungsi. Di kawasan itu juga akan dibangun pusat kuliner melayu dan menjadi obyek wisata bagi masyarakat.
"Konsepnya seperti obyek wisata dengan nuansa melayu. Masyarakat bisa berwisata sambil menggali khazanah kebudayaan melayu sekaligus berdampak terhadap perekonomian masyarakat," urainya.
Konsep ini tambah Rusdi, sangat membutuhkan dukungan banyak pihak baik Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, investor yang peduli terhadap kemajuan dunia melayu termasuk masyarakat Desa Rantau Panjang sendiri yang akan menjadi pelaku utamanya
(AK/EAL)