Hal itu disampaikan Marzuki Hamid saat menjadi keynote speaker dalam diskusi secara webinar via zoom meeting dengan tema "Diskusi dan edukasi solusi penanganan sampah di Aceh" bertempat di kediamannya, Lorong Utama, Dusun Pendidikan, Gampong (desa) Paya Bujok Seulumak, Kecamatan Langsa Baro, Senin (15/3) malam.

Hadir sebagai peserta langsung bersama Wakil Wali Kota Langsa, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat, Ridwanullah, Kabag Pemerintahan setdakot Langsa, Khairul Ikhsan, para camat se-Kota Langsa, serta Keuchik Sukarejo, Zubir, Simpang Lhee, Ismail, dan Keuchik Blang Seunibong, Yusrizal.

Peserta meeting zoom lainnya, Co Vounder of International Waste platform, Nina Van Toulon dari Belanda, Coordinator of Indonesia Waste Platform, Martha Muslim dari Maumere, Ketua Bank Sampah Flores, Susilowati, Koordinator Indonesia Waste Patform Lampung dan Garut, Gita Noor serta moderator yang juga menjabat sebagai koordinator Aceh Waste platform, Yusmadi Yusuf.

Marzuki hamid mengatakan, skala prioritas kepemimpinannya bersama Wali Kota Langsa, Usman Abdullah, jilid II yaitu pada sektor lingkungan, pembangunan ruang publik ramah untuk anak dan pembangunan kawasan ruang terbuka hijau di hutan Kota Langsa.

Selain itu, hutan mangrove menjadi destinasi wisata Islami sebagai sarana edukasi bagi keluarga.

"Menciptakan kawasan ruang terbuka hijau disetiap desa sebagai arena tempat bermain anak-anak menjadi prioritas kami," ujarnya, ditulis Selasa (16/3).

Kemudian, pembangunan rumah kompos dan depo sampah pada setiap kecamatan di wilayah Kota Langsa.

"Kita sudah siapkan lahan seluas dua hektare untuk pembangunan depo sampah (transit sampah)," ujarnya lagi.

Dia menambahkan, visi misi Kota Langsa adalah pembangunan, berwawasan lingkungan, juga kota jasa, kota wisata dan kota industri.

"Harapan kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang kita, melainkan meminjamkannya dari anak cucu kita," harapnya.

(DIR/RZD)