Para pemateri dalam FGD peringatan Hari Lahir Pancasila yang digelar Dispora Sumut (Analisadaily/Eka Azwin Lubis)
Analisadaily.com, Medan - Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Sumatera Utara menggelar Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila di Hotel Madani, Medan, Selasa (29/6).
Anggota DPD RI, Dedi Iskandar Batubara, yang menjadi salah satu pembicara dalam FGD itu mengatakan para pendiri bangsa telah sepakat menjadikan Pancasila sebagai dasar yang menjadi perekat kita dalam bernegara.
"Kesepakatan ini sudah selesai sehingga yang senantiasa harus kita bangun adalah bagaimana kita mengisi ulang semangat berpancasila," kata Dedi Iskandar.
Senator asal Sumatera Utara ini mengibaratkan momentum peringatan Hari Lahir Pancasila dengan isi ulang daya baterai telepon seluler. Sebab tidak bisa dipungkiri, semangat bernegara kita semakin lama semakin menurun.
Dedi mengambil contoh minimnya masyarakat yang mau mengibarkan bendera Merah Putih selain pada momentum peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia setiap tanggal 17 Agustus.
Padahal di luar negeri, sambungnya, pengibaran bendera tidak hanya dilakukan saat peringatan hari kemerdekaan atau hari bersejarah bangsa.
"Semangat kita dalam mengibarkan bendera sudah mulai menurun. Hanya momentum 17 an yang membuat kita mengibarkan bendera. Bahkan kalau kita survei ke lapangan, masyarakat yang mengibarkan bendera saat 17 Agustus tidak sebanyak dulu. Sebelum pandemi kemarin saya sempat ke Spanyol, banyak saya lihat rumah-rumah, apartemen yang mengibarkan bendera mereka. Saya tanya ke
tour guide, ada apa hari ini kok banyak bendera berkibar, dia bilang tidak ada apa-apa. Memang setiap hari mereka senantiasa mengibarkan benderanya," ungkap Dedi Iskandar.
Meski demikian, Dedi mengajak seluruh pemuda, khususnya pemuda Sumatera Utara agar senantiasa menjunjung nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
"Pancasila merupakan bukti kita sebagai negara yang berdaulat. Namun mirisnya, ada sekarang fenomena prank di media sosial, mahasiswa disuruh baca Pancasila namun tidak hafal. Ini memprihatinkan. Janganlah kita
share yang begitu karena itu mempermalukan diri kita sendiri," sebutnya.
Sementara Wadir Binmas Polda Sumut, AKBP Parluatan Siregar mengatakan, pemuda dituntut untuk beraktivitas dan memiliki daya sayang. Sebab masa muda sangat menentukan masa tua.
"Pemuda saat inilah yang akan menentukan masa depan bangsa Indonesia. Maka persiapkanlah diri untuk menjadi pemimpin-pemimpin masa depan. Kembangkan komunikasi, percaya diri, bersemangat, berwawasan luas dan tentu saja disiplin. Kita harus bisa mengelola alam sekitar," imbaunya.
Parluatan juga mengajak para pemuda agar menggali potensi diri yang ada. Munculkan kreatifitas untuk mencari penghidupan yang mapan.
"Jangan semua berpikir menjadi pegawai. Padahal di luar negeri orang lebih cenderung ingin bekerja di luar kantor. Jika melihat kondisi negara kita yang luas, harusnya kita mampu berpikir untuk menggali potensi itu dengan memanfaatkan alam yang ada. Kelola itu," tegasnya.
Untuk mendukung kreatifitas pemuda, termasuk dalam hal mengelola lingkungan dan menciptakan teknologi tepat guna, Kabid Pelayanan Kepemudaan Dinas Pemuda dan Olahraga Sumut, M. Thohir, mengatakan pihaknya memiliki program yang siap mendukung para pemuda dalam menyalurkan kreatifitasnya.
"Dinas Pemuda dan Olahraga Sumut memiliki program wirausaha muda pemula dengan kepeloporan. Terkait kreatifitas, ide dan gagasan, di sini muaranya. Setiap tahun ada kegiatan yang kami buat dan siap menampung kreatifitas para pemuda. Artinya, kami siap menampung kreatifitas kawan-kawan pemuda, termasuk membuat teknologi tepat guna," sebutnya.
Di sisi lain, Pamen Ahli Bidang Jemen Sishanneg Pangdam I/Bukit Barisan, Kolonel Inf. Juinta Omboh Sembiring, menyoroti terkait maraknya aksi radikalisme di Indonesia.
Menurutnya radikalisme merupakan pencapaian suatu tujuan yang dilakukan dengan cara kekerasan.
Sementara terkait separatisme, Juinta menyebut aksi itu sama dengan terorisme karena sama-sama menciptakan ketakutan.
Ketika ditanya terkait munculnya wacana dari sekelompok orang yang ingin mengganti ideologi bangsa, Juinta mengajak seluruh elemen bangsa agar membuang jauh-jauh pemikiran tersebut.
"Tidak boleh ada pemikiran untuk mengganti ideologi. Namun perbaikan diri untuk mengimplementasi ideologi Pancasila itu yang harus dilakukan," tegasnya.
"Pemikiran para pendiri bangsa yang terkandung dalam Pancasila itu merupakan kepentingan nasional yang abadi," tukasnya.
(EAL)