Petugas pemakaman tampak sedang mengangkat peti jenazah Covid-19 yang akan dikebumikan (AP)
Analisadaily.com, Zurich - Jumlah kematian global akibat Covid-19 melampaui 4 juta jiwa pada Rabu (7/7).
Penghitungan nyawa yang hilang selama satu setengah tahun terakhir, sebagaimana dikompilasi dari sumber resmi Universitas Johns Hopkins.
Menurut perkiraan dari Peace Research Institut Oslo, kira-kira sama dengan jumlah orang yang tewas dalam pertempuran di semua perang dunia sejak 1982.
Korbannya tiga kali lipat jumlah orang yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas di seluruh dunia setiap tahun. Ini hampir sama dengan populasi Los Angeles atau negara Georgia. Ini setara dengan lebih dari setengah Hong Kong atau hampir 50 persen dari Kota New York.
Meski begitu, secara luas diyakini sebagai undercount karena kasus yang diabaikan atau penyembunyian yang disengaja.
Dengan munculnya vaksin, kematian per hari telah anjlok menjadi sekitar 7.900, setelah mencapai lebih dari 18.000 per hari pada bulan Januari.
Namun dalam beberapa pekan terakhir, virus mutan versi Delta yang pertama kali diidentifikasi di India telah memicu alarm di seluruh dunia, menyebar dengan cepat bahkan dalam kisah sukses vaksinasi seperti AS, Inggris, dan Israel.
Inggris, pada kenyataannya, mencatat total satu hari minggu ini lebih dari 30.000 infeksi baru untuk pertama kalinya sejak Januari, bahkan ketika pemerintah bersiap untuk mencabut semua pembatasan penguncian yang tersisa di Inggris akhir bulan ini.
Negara-negara lain telah menerapkan kembali langkah-langkah pencegahan, dan pihak berwenang bergegas meningkatkan kampanye untuk melepaskan tembakan.
Pada saat yang sama, bencana telah memperlihatkan kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, dengan upaya vaksinasi yang hampir tidak dimulai di Afrika dan sudut-sudut dunia yang sangat miskin lainnya karena sangat kekurangan suntikan.
AS dan negara-negara kaya lainnya telah sepakat untuk berbagi setidaknya 1 miliar dosis dengan negara-negara yang sedang berjuang.
AS memiliki angka kematian tertinggi yang dilaporkan di dunia, lebih dari 600.000, atau hampir satu dari tujuh kematian, diikuti oleh Brasil lebih dari 520.000, meskipun jumlah sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi di Brasil, di mana sayap kanan Presiden Jair Bolsonaro pemerintah telah lama meremehkan virus tersebut.
Varian, akses yang tidak merata ke vaksin dan pelonggaran tindakan pencegahan di negara-negara kaya adalah “kombinasi racun yang sangat berbahaya," kata seorang pejabat tinggi imunisasi di Organisasi Kesehatan Dunia, Ann Lindstrand dilansir dari Channel News Asia, Kamis (8/7).
"Alih-alih memperlakukan krisis sebagai masalah "saya-dan-saya-dan-negara-saya", kita harus serius bahwa ini adalah masalah dunia yang membutuhkan solusi dunia," tegasnya.
(CSP)