LPPM USU Gelar Diskusi Desa Hutanamale, Komoditas Hortikultura Miliki Nilai Ekonomi Tinggi

LPPM USU Gelar Diskusi Desa Hutanamale,  Komoditas Hortikultura Miliki Nilai Ekonomi Tinggi
Koordinator Tim Pengabdian Berbasis Penelitian Ameilia Zuliyanti Siregar, M.Sc, Ph.D menyampaikan hasil diskusi dan pelatihan Tim Pengabdian LPPM USU menggelar pelatihan dan diskusi tentang "Budidaya dan Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Hort (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi banyak dibudidayakan di hampir seluruh wilayah Indonesia, terutama daerah dataran tinggi seperti tomat, cabai merah, seledri, sawi, dan kentang.

Salah satunya di Desa Hutanamale, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu sentra yang mengembangkan berbagai tanaman hortikultura, seperti sayuran, cabai, tomat, seledri, bawang merah, kentang, jeruk maga, alpukat, kopi dan karet.

Demikian Koordinator Tim Pengabdian Berbasis Penelitian Ameilia Zuliyanti Siregar, MSc, PhD saat diskusi Tim Pengabdian LPPM USU menggelar pelatihan dan diskusi tentang "Budidaya dan Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Tanaman Hortikultura" di Desa Hutanamale, Puncak Sorik Merapi Madina, Sabtu (21/8) dan Minggu (22/8).

Dikatakannya, cabai merah Madina merupakan tanaman spesifik lokal, sayuran yang sangat familiar di masyarakat. Cabe merah dibudidaya dan dikonsumsi karena sayuran tersebut mengndung sumber vitamin (A, B dan C), mineral, karbohidrat, protein, serat dan lemak yang amat berguna bagi kesehatan.

Seperti beberapa jenis sayuran lainnya, cabai merah memiliki sifat mudah rusak, berpola produksi musiman dan tidak tahan disimpan lama sebab bisa busuk dan berair. Sifat mudah rusak ini dapat disebabkan oleh batang yang lunak dan kandungan air cukup tinggi, sehingga mudah ditembus oleh hama/penyakit tanaman.

Ia mengatakan, hama ulat spodoptera litura, aphis sp, plutella xylostella, liriomyza sp, thrips palmi, dan plutellidae merupakan hama-hama di pertanaman hortikultura.

"Apabila tidak ada tindakan pengendalian dilakukan, kerusakan tanaman sayuran hama tersebut dapat meningkat dan hasil panen dapat menurun baik jumlah maupun kualitasnya," paparnya.

Menurutnya, pengendalian secara fisik dengan cara rotasi tanaman, dicabut, menggunakan perangkap warna, set feromon. Manakala pengendali secara biologi dengan cara menggunakan predator dan parasitoid, serta secara kimia menggunakan pestisida nabati merupakan cara yang tepat digunakan dengan konsep menjaga kelestarian lingkungan.

Dalam kesempatan itu juga tampil pembicara lainnya yakni Dr Ir Yunilas, MP membawakan materi membuat pupuk organik dari sisa sayuran serta pelatih penggunaan huller kopi Putri Candra Ayu, STP, MSi.

Ketua LPPM USU Prof Dr Tulus, MSi menyampaikan kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mendesain Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) tepat guna, melatih petani menggunakan alat pengolahan kopi secara sederhana serta terbentuknya agrowisata berbasis lahan pertanian.
Lokasi pertanaman hortikultura, jeruk, mangga, alpukat dan kopi yang ditanam di Desa Hutanamale dilereng Gunung Sorik Merapi, lahan subur bagi mendukung produktivitas pertanian.

"Lahan padi yang membentang menghijau menyisir sumber air panas Sibanggor, Puncak Sorik Merapi, Mandailing Natal dijadikan masyarakat sebagai pemandian umum yang perlu dikembangkan sebagai ekowisata ramah lingkungan," katanya.

Ia berharap, agrowisata dengan petik sayur dan buah serta proses memandang alam dari puncak Sorik Merapi akan dapat terwujud di kemudian hari.

Kadis Pariwisata Madina M Yasir Lubis, SP saat berkunjung ke lokasi mengutarakan pemkab juga berupaya pemberian bantuan bibit hortikultura yaitu bibit cabai, kentang, tomat dan sawi serta 1 set alat huller kopi diharapkan menjadi stimulus awal bagi Kelompok Tani (Poktan) Bahagia.

"Sinergitas pengabdian ini akan menambatkan hati USU di masyarakat," tegasnya.

Lebih jauh disampaikannya, keterbatasan pengetahuan petani dalam mengendalikan hama tanaman hortikultura, penggunaan lahan yang belum optimal serta terbatasnya alat pengolahan kopi di Desa Hutanamale, Puncak Sorik Merapi, Madina.

Selanjutnya penyerahan alat huller kopi secara simbolis diserahkan ketua tim pengabdian berbasis penelitian LPPM USU kepada Kepala Desa Puncak Sorik Merapi, Hasibuan.

"Diharapkan inisiasi dan sinergitas pemanfaatan lahan pertanian sebagai agrowisata antara petani, akademisi USU, Pemerintah Madina serta masyarakat di Desa Hutanamale, Puncak Sorik Merapi, Madina akan terwujud dimasa mendatang," katanya.

(BR)

Baca Juga

Rekomendasi