Milenial Ditantang Raih Financial Wellbeing dengan Reksa Dana

Milenial Ditantang Raih Financial Wellbeing dengan Reksa Dana
Perencana Keuangan dan CEO Zap Finance, Prita Hapsari Ghozie di FestiFund 2021 (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Jakarta - Perencana Keuangan dan CEO Zap Finance, Prita Hapsari Ghoziemenyemarakkan rangkaian FestiFund 2021 dengan memberikan tip-tip keuangan yang krusial dilakukan oleh investor milenial agar makin lebih produktif.

Ia menjelaskan 46% orang stres karena masalah keuangan. Kalau ada orang yang tiba-tiba sakit perut atau sakit kepala atau tiba-tiba menjadi lesu, malas dan mau ngapa-ngapain malas, kemungkinan besar mereka sedang mengalami masalah keuangan.

"Selanjutnya studi Bank of Amerika Merrill Lynch pada 2017 menemukam kalau lebih dari dua pertiga milenial mengatakan bahwa tekanan keuangan itu membebani kemampuan mereka untuk lebih produktif. Jadi, kalau memiliki rencana keuangan maka tekanan stres harus lebih sedikit," tegasnya di rangkaian webinar FestiFund 2021 pada Sabtu (28/8).

FestiFund 2021 merupakan kegiatan edukasi pasar modal tahunan berkonsep online festival yang bertujuan mengenalkan produk reksa dana sebagai alternatif investasi bagi investor baru yang mencari produk investasi mudah, aman, efisien, dan cocok untuk semua profil risiko dan tujuan investasi.

FestiFund 2021 bertujuan meningkatkan literasi dan inklusi masyarakat melalui produk investasi reksa dana yang dapat dijadikan alternatif investasi maupun diversifikasi portofolio hingga pada akhirnya #SemuaBisaInvestasi.

Rangkaian FestiFund 2021 disemarakkan para pakar dan pelaku reksa dana ternama dan keseluruhan acara disusun secara komprehensif mulai dari perencanaan keuangan, pengenalan investasi yang disarankan bagi pemula hingga strategi investasi yang sesuai dengan preferensi masing-masing investor.

Sebelumnya, rangkaian Road To FestiFund 2021 telah dimeriahkan dengan edukasi reksa dana, kompetisi pembuatan konten reksa dana hingga bagi-bagi burger ke seluruh Indonesia.

Selanjutnya Prita Ghozie mengatakan kendati kondisi bisnis dan ekononi yang sedang kurang bagus karena Covid-19, seperti pendapatan berkurang, kena PHK hingga bisnis yang lesu, siapa pun tentu memiliki impian untuk mencapai yang namanya financial wellbeing.

"Pada saat kita belum mencapai financial wellbeing, tekanan stres akan bertubi-tubi. Adapun tahapan untuk mencapai hal itu dimulai dari financial ignorance kemudian ke financial anxiety, financial maturity, financial pride dan financial wellbeing," tegasnya.

Financial maturity adalah kondisi dimana kita sudah bisa mengambil keputusan finansial tanpa diatur orang lain, sedangkan financial pride ditandai dengan pekerjaan yang sudah mapan dan pengeluaran yang lebih kecil dari pemasukan, sehingga bisa berinvestasi lebih dari setengah dari penghasilannya.

"Milenial yang kebanyakan masih di tahapan financial anxiety perlu naik kelas sampai ke yang namanya financial wellbeing. Tentu sebelum pensiun, perlu merdeka finansial. Merdeka finansial adalah kondisi seseorang yang sudah memiliki passive income untuk mengcover living expensive. Passive income bisa diwujudkan dengan investasi," tandasnya.

Secara konkret kalau milenial mau investasi, misalnya dengan reksa dana sebagai langkah awal untuk meraih financial wellbeing, tapi belum punya rencana keuangan maka perlu membuat tujuan keuangan. Tujuan keuangan itu konkretnya target, misalnya mau menikah atau kalau sudah menikah bisa dana pendidikan anak.

"Mereka yang bingung itu biasanya mereka yang belum berkeluarga. Kalau sudah berkeluarga pasti kebutuhannya otomatis banyak. Kalau masih single dan bingung duit buat apa, bisa buat target punya uang Rp100 juta," jelasnya.

Langkah berikutnya terkait utang. Kalau milenial tidak ada utang, tentu bagus dan bisa naik kelas. Selanjutnya harus naik lagi, yakni memiliki dana darurat.

"Kalau belum punya dana darurat lompat ke investasi, itu bahaya banget. Misalnya investasi di reksa dana saham, terus lagi fluktuatif sehingga minus, tapi tiba-tiba butuh uang, kan sayang jual reksa dana yang lagi minus," ucapnya.

"Menariknya, dana darurat bisa ditaruh di reksa dana pasar uang. Jadi nggak masalah investasi, yang penting alokasinya untuk dana darurat, bukan untuk yang lainnya. Jika dana darurat sudah terkumpul yakni 3 kali pengeluaran bulanan, baru digedein lagi investasinya," imbuhnya.

Selanjutnya untuk mendapatkan pandangan investasi reksa dana yang tetap menarik di masa pandemi Covid-19 dihadirkan Head of Distribution Sales BNP Paribas Asset Management, Andy Chandra, Head of Investment & Research BNI Asset Management, Yekti Dewanti dan Fund Manager Sinarmas Asset Management, Alvin Trofler Sutjipto.

Ketiganya memberikan pandangan tentang seluk-beluk dan bocoran pembentukan reksa dana agar produknya makin dilirik dan dipercaya investor.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi