Keamanan Digital: Eksistensi Milenial dalam Menangkal Hoaks

Keamanan Digital: Eksistensi Milenial dalam Menangkal Hoaks
Webinar “Keamanan Digital: Eksistensi Milenial dalam Menangkal Hoaks” (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Kehadiran teknologi saat ini dilihat telah membantu setiap individu dalam kemudahan berbagi informasi melalui internet. Namun, Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Anton Sukartono Suratto mengatakan, jika teknologi juga memberikan dampak negatif, salah satunya adalah penyebaran hoaks.

Penyebaran hoaks melalui sosial media saat ini sudah mencapai angka 90.42%. Dengan adanya persentase yang tinggi ini, diperlukan semangat yang tinggi dari masyarakat terutama generasi milenial untung menangkal hoaks.

“Penangkalan hoaks harus dibantu oleh masyarakat itu sendiri, mulai dari mencari sumber informasi yang valid terkait berita yang ada dan tidak percaya sepenuhnya dengan berita yang ada hingga angka penyebaran hoaks berkurang dan bisa hilang sepenuhnya dari Indonesia,” kata Anton Sukartono Suratto dalam webinar Jumat (24/6).

Selain itu, Anton juga mengajak para generasi muda untuk menyebarkan informasi yang benar melalui media sosial. Beberapa informasi yang dapat diberikan adalah bahaya hoaks dan cara penangkalan hoaks. Generasi muda dapat menulis pesan penyadaran mengenai bahaya dari berita hoaks dan nasionalisme yang sudah menurun di masyarakat Indonesia.

Sejalan dengan Anton Sukartono Suratto, Dirjen Aptika Kominfo, Samuel Abrijani Pangerapan, mengatakan jika tingginya penyebaran hoaks tersebut disebabkan oleh rendahnya literasi digital masyarakat Indonesia. Maka dari itu, peningkatan literasi digital sangat dibutuhkan di era digital.

“Masifnya penggunaan internet membawa serta resiko seperti penipuan online, hoaks, cyberbullying, dan konten-konten negatif lainnya. Maka dari itu peningkatan penggunaan internet harus disertai dengan kemampuan literasi digital yang mumpuni agar tetap dapat memanfaatkan teknologi digital dengan produktif, bijak, dan tepat guna,” tutur Samuel Abrijani Pangerapan dalam webinar kali ini.

Agar dapat mencapai tujuan tersebut, Kominfo bersama mitra dan jaringannya menyelenggarakan pelatihan digital untuk menanamkan literasi digital di seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2021, program tersebut mampu menjangkau lebih dari 515 kota di 34 provinsi di seluruh Indonesia.

Namun, peningkatan literasi digital merupakan tantangan besar sehingga membutuhkan dukungan semua pihak agar dapat meningkatkan literasi digital dan mengembangkan sumber daya manusia digital untuk mewujudkan Indonesia Digital Asian.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menangkal hoaks adalah dengan menerapkan keamanan digital. Menurut Senior Manager Government and Public Affairs UangMe, Aida Rezalina, keamanan digital bukan hanya sekedar password yang digunakan untuk media sosial, tetapi juga perlindungan diri dari berita hoaks.

“Hoaks sendiri itu berasal dari slank bahasa inggris yang artinya tipuan, menipu, berita bohong, berita palsu, dan kabar burung. Nah kemudian hoaks ini diresmikan menjadi bahasa resmi. Hoaks ini tumbuh ketika internet tumbuh. Bukan artinya non-internet nggak bisa bohong. Tapi di internet itu banyak yang user generated content. Apa itu? Artinya kontennya dibuat oleh pengguna. Kalau TV, koran, itu kan beritanya dibuat oleh orang TV nya. Kalau internet itu berita dibuat oleh user jadi rentan sekali hoaks,” jelasnya.

Hoaks sendiri banyak muncul di media sosial, seperti instagram, chat, dan website. Generasi milenial sebagai pengguna internet terbanyak, diharap memiliki kesadaran tersendiri dalam membantu menangkal hoaks. Salah satu berita hoaks yang paling sering muncul adalah berita palsu yang berujung dengan penipuan online.

Aida kemudian memberikan beberapa tips untuk membantu menangkal penipuan tersebut. Pertama, waspadai website tempat berita berada. Pastikan hanya mempercayai berita yang berasal dari sumber dan website resmi. Terutama saat memasukan data pribadi, pastikan website tersebut merupakan website terpercaya sehingga data diri pribadi tidak digunakan oleh pihak yang salah.

Kemudian, jangan percaya berita yang datang dari nomor yang tidak jelas. Terutama, jika berita tersebut terdengar tidak masuk akal maka dapat dipastikan jika berita tersebut merupakan berita palsu. Diperlukan pula rasionalisasi pengguna sehingga dapat melihat apakah berita yang dibaca masuk akal atau tidak.

Selanjutnya, berita yang dibaca dapat dipastikan kembali keasliannya melalui sumber yang valid. Apabila berita tersebut tidak ada di sumber yang valid, maka dapat dipastikan jika berita tersebut adalah berita palsu. Maka dari itu, generasi milenial diharapkan mampu melakukan hal tersebut untuk membantu menangkal hoaks sehingga dapat terhindar dari dampak negatif hoaks.

“Dampak negatif hoaks tuh banyak. Pertama, kalian akan mudah terpecah belah, kemudian akan mudah tertipu. Kalau sudah tertipu tuh kerugiannya pasti banyak, mulai dari materi sampai rohani. Karena itu kenapa pentingnya milenial menangkal hoaks,” tandasnya.

(RZD)

Baca Juga

Rekomendasi