Camat Perbaungan, Muhammaf Fahmi, (kiri) saat makan bersama di rumah warga yang menjadi bagian dalam tradisi Aruh Maulid Banjar, Rabu (20/10). (Analisadaily/Amirul Khair)
Analisadaily.com, Perbaungan - Camat Perbaungan, Deli Serdang, Muhammad Fahmi, menghadiri acara Aruh (Kenduri) Maulid Banjar diinisiasi Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Aruh Maulid Nabi Muhammad SAW, Kulawarga Kalimantan Selatan, di Musalla Nurul Ihsan, Dusun IV, Desa Bengkel, Rabu (20/10).
Tradisi itu menurut Fahmi sangat positif sebagai kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai keagamaan dalam situasi kehidupan modern, namun tetap menjunjung tinggi budaya sekaligus merajut kebersamaan lewat silaturahim.
Aruh Maulid Banjar merupakan bentuk kegembiraan umat Islam khususnya suku Banjar dalam menyambut dan memeriahkan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang selalu digelar setiap bulan Rabiul Awal kalender tahun hijriah.
“Tradisi ini bukan saja bagian dari budaya masyarakat Kalimantan semata. Lebih dari itu punya nilai-nilai religiuitas sangat tinggi yang melahirkan tatanan kehidupan modern dan agamais, namun tetap menjunjung budaya sehingga harus tetap dilestarikan,” ucap Camat.
Ia mencontohkan, sarapan dan makan siang bersama yang mengundang keluarga, kerabat dan tetangga dalam tradisi itu memiliki makna mendalam arti berbagi dan bersilaturahim. Bahkan keunikan saat menyantapnya dengan posisi duduk 4 orang dalam setiap hidangan punya arti mendekatkan satu dengan lainnya.
“Sangat unik. Setiap hidangan itu ada 4 orang yang duduk makan bersama,” ungkapnya.
Sajian kuliner yang disajikan dari khas suku Banjar juga menjadi upaya melestarikan budaya. Banyak kuliner nusantara termasuk dari suku Banjar yang mungkin kini sulit didapat karena tidak banyak yang memahami cara membuatnya apa lagi nilai-nilai filosofis di dalamnya.
Selain itu, tradisi Aruh Maulid Banjar sebenarnya juga bisa bernilai ekonomis bila dikembangka menjadi paket wisata. Kuliner khasnya, suasana dan ritualnya bisa meningkatkankesejahteraan ekonomi bagi masyarakat.
“Tradisi ini bisa menjadi paket wisata baik wisata religi, kuliner dan budaya yang bermanfaat dan bisa pula meningkatkan kesejaheraan masyarakat. Sebab unsur agamanya, kuliner dan budayanya ada di dalamnya,” urai Fahmi.
Karena itu tradisi yang positif dan punya nilai-nilai kearifan lokal dari Arus Maulid Banjar yang digelar setiap bulan maulid Nabi Muhammad SAW itu tidak boleh hilang. Terlebih saat ini dengan perkembangan zaman bisa menghilangkan tradisi positif tersebut.
“Tradisi ini sangat positif dan harus terus dlestarikan. Dan kalau bisa dikembangkan menjadi paket wisata yang dijadikan sebagai kalender Dinas Pariwisata Sergai,” ucapnya.
Sementara Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI), Aruh Maulid Nabi Muhammad SAW, Kulawarga Kalimantan Selatan, Musalla Nurul Ihsan Desa Bengkel, Syarifuddin, mengatakan, aruh atau kenduri Banjar merupakan tradisi suku Banjar yang sudah ada dan terbentuk sejak tahun 1975 di 4 Kecamatan yakni, Perbaungan, Pantaicermin, Telukmengkudu dan Seirampah.
Kenduri yang digelar setiap bulan Rabiul Awal tahun hijriah atau bulan maulid ini merupakan bentuk kegembiraan suku Banjar memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pelaksanaannya dimulai 1 Rabiul Awal sampai akhir bahkan lewat bila banyak masyarakat melaksanakannya.
Namun karena perkembangan zaman, tradisi aruh Banjar ini semakin redup dan kini masih bertahan di 2 kecamatan yakni, Perbaungan dan Pantaicermin yang desanya banyak dihuni masyarakat suku Banjar.
Kenduri Maulid Banjar juga diisi dengan ceramah agama turut dihadiri Kepala Desa Bengkel Indra Fajar dan diakhiri makan bersama di rumah-rumah warga dengan pola masing-masing ahli bait mengundang kerabat dan sejumlah warga.
(AK/CSP)