Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo (Analisadaily/istimewa)
Analisadaily.com, Jakarta - BRI (BBRI) terus menekankan keberlanjutan literasi keuangan digital bagi masyarakat. Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Indra Utoyo mengatakan transformasi digital menjadi sebuah keharusan dan bukan lagi pilihan. “Digitalisasi diakselerasi oleh pandemi Covid-19 yang membatasi ruang gerak interaksi secara langsung. Digitalisasi perbankan saat ini menjadi keniscayaan yang mampu menjawab berbagai kebutuhan masyarakat”, ungkapnya.
Adopsi teknologi digital semakin masif di berbagai lini aktivitas keuangan masyarakat saat ini, terlebih di tengah pandemi. Model bisnis mayoritas dunia usaha sudah bergeser ke arah
platform digital agar mampu bertahan dan terus tumbuh. Masyarakat pun kian terdigitalisasi, seiring semakin besarnya populasi yang telah memiliki perangkat
mobile.
Kendati demikian menurut Indra, masih ada jurang pemisah yang lebar dalam literasi keuangan digital. Karena tidak semua orang nyaman melakukan transaksi keuangan secara digital.
“Masyarakat Indonesia sudah terbiasa menggunakan
handphone. Tapi apakah dia nyaman untuk melakukan transaksi keuangan secara digital? Itu sesuatu yang perlu diedukasi,” ujar Indra menegaskan.
Indra menyampaikan bahwa untuk
fully digital masyarakat di Indonesia belum siap. Dia memproyeksikan masih perlu waktu dua hingga tiga tahun untuk betul-betul mengadopsi layanan digital. Untuk itu, dalam proses transformasi digital BRI memilih
hybrid banking dengan strategi ‘phygital
’ atau
physical and digital. Hal tersebut ditempuh BRI karena perseroan berfokus pada perilaku kenyamanan nasabah dalam bertransaksi yang terus berkembang.
Indra mengatakan jika
customer masih senang dilayani dengan
human touch berarti model pelayanan
online to offline sangat diperlukan. Dia mencontohkan, Agen BRILink sebagai Laku Pandai BRI merupakan simpul
platform digital untuk melayani masyarakat di berbagai daerah.
Untuk meningkatkan edukasi secara digital, menurut Indra, masyarakat perlu dibiasakan dengan layanan keuangan yang terdigitalisasi seperti Agen BRILink. Kemudian menghadirkan layanan transaksi digital seperti dengan QR
payment,
digital payment parking, hingga transaksi di jalan tol yang sudah didorong untuk
cashless atau wajib digital.
Hal ini tentunya akan membangun paradigma baru di masyarakat, bahwa digitalisasi memang sangat dibutuhkan dan memudahkan. Sementara dalam layanan perbankan, bagaimana masyarakat dimudahkan untuk bisa memperoleh layanan keuangan.
“Terkait
financial literacy, BRI memudahkan masyarakat membuka tabungan
fully online, dari mana saja bisa membuka tabungan. Berikutnya, BRI secara berkelanjutan melakukan edukasi melakukan transaksi secara aman. Salah satunya dengan memberikan pemahaman untuk berhati-hati dalam memberikan data, terutama menjaga data yang bersifat pribadi,” ujar Indra.
Kolaborasi Antar Lembaga
Kolaborasi sejumlah lembaga sangat diperlukan dalam meningkatkan literasi keuangan digital, sehingga tercipta pertumbuhan transaksi digital yang lebih efektif, efisien dan aman. Dengan kolaborasi, proses
creating value bagi
customer di era digital pun bisa lebih optimal dan . mendorong layanan jasa keuangan lebih bermanfaat lebih besar.
Indra melihat kecenderungan bank dengan
fintech lebih banyak kolaborasi dibandingkan kompetisi.
Fintech cenderung menjadi spesialis dalam usaha, seperti bidang industri kreatif, agri dan lainnya. Kolaborasi tersebut contohnya dalam hal pembiayaan, bank dapat berfungsi sebagai
lender yang kemudian
fintech.nanti yang me-
retail-kannya atau menyalurkan menjadi kredit yang lebih kecil.
(REL/JG)