Pejalan kaki memakai masker untuk mencegah penyebaran Covid-19 saat mereka berjalan melewati toko yang dihias sebagai bagian dari penerangan Natal, di Paris, Senin, 6 Desember 2021. (AP Photo/Christophe Ena)
Analisadaily.com, Jenewa - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, risiko yang ditimbulkan varian Omicron masih "sangat tinggi", setelah jumlah kasus Covid-19 melonjak 11 persen secara global pekan lalu.
Omicron berada di belakang lonjakan virus yang cepat di beberapa negara, termasuk di mana ia telah melampaui varian Delta yang sebelumnya dominan.
"Risiko keseluruhan terkait varian baru yang menjadi perhatian Omicron tetap sangat tinggi," kata badan kesehatan PBB itu dilansir dari Reuters dan Channel News Asia, Rabu (29/12).
Bukti yang konsisten menunjukkan, varian Omicron memiliki keunggulan pertumbuhan dibandingkan varian Delta dengan waktu penggandaan dua hingga tiga hari dan peningkatan pesat dalam kejadian kasus terlihat di sejumlah negara, termasuk Inggris dan Amerika Serikat, di mana itu telah menjadi varian yang dominan.
"Tingkat pertumbuhan yang cepat kemungkinan merupakan kombinasi dari penghindaran kekebalan dan peningkatan transmisibilitas varian Omicron secara intrinsik," tuturnya.
Namun, WHO menyoroti penurunan 29 persen dalam insiden kasus yang diamati di Afrika Selatan, negara yang pertama kali melaporkan varian tersebut ke WHO pada 24 November.
Dikatakan data awal dari Inggris, Afrika Selatan dan Denmark, yang saat ini memiliki tingkat infeksi tertinggi di dunia per orang, menunjukkan ada pengurangan risiko rawat inap untuk Omicron dibandingkan dengan Delta.
Tetapi, data lebih lanjut diperlukan untuk memahami keparahan Omicron dalam hal penanda klinis, termasuk penggunaan oksigen, ventilasi mekanis, dan kematian.
Lebih banyak data juga diperlukan tentang bagaimana tingkat keparahan dapat dipengaruhi infeksi atau vaksinasi Covid-19 sebelumnya.
“Diharapkan juga kortikosteroid dan penghambat reseptor interleukin 6 akan tetap efektif dalam pengelolaan pasien dengan penyakit parah. Namun, data awal menunjukkan, antibodi monoklonal mungkin kurang mampu menetralkan varian Omicron," ujarnya.
WHO mengatakan, menyusul peningkatan bertahap sejak Oktober, jumlah kasus baru secara global naik 11 persen dibandingkan minggu sebelumnya, sementara jumlah kematian baru turun empat persen.
"Ini sesuai dengan hanya di bawah 5 juta kasus baru dan lebih dari 44.000 kematian baru," kata organisasi yang berbasis di Jenewa itu.
Jumlah kasus baru tertinggi dilaporkan dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Italia.(CSP)