Pembukaan Muktamar XXXI Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Muktamar XXII Istri Ikatan Dokter Indonesia (IIDI) di Gedung Banda Aceh Convention Hall, Rabu (23/3) (Analisadaily/Muhammad Saman)
Analisadaily.com, Banda Aceh - Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, mengatakan peran Ikatan Dokter Indonesia sangat strategis dalam menentukan arah kebijakan dalam bidang kesehatan. Sehingga ia berharap Muktamar ke-31 IDI dapat melahirkan inovasi baru dalam dunia kesehatan Indonesia. Agar sejajar dan berdaya saing dengan negara lainnya.
“Kalau Muktamar di Aceh saya yakin, produk Muktamar ini akan jauh lebih berkualitas,” kata Nova saat memberikan sambutan pada pembukaan Muktamar ke-31 IDI dan Muktamar ke-21 Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) di Gedung Banda Aceh Convention Hall, Rabu (23/3).
Nova mengatakan, isu kesehatan masyarakat khususnya di Aceh menjadi sangat penting dan mendapatkan perhatian yang serius. Tanpa kesehatan, maka proses untuk menjalankan pembangunan akan sulit dilakukan.
“Kita punya pengalaman menghadapi pandemi Covid-19 yang menjadi bukti betapa pentingnya isu kesehatan sebagai basis pembangunan bangsa. Selama Covid-19 masih menjadi pandemi, maka sektor-sektor lain pasti akan ikut terganggu,” kata Nova.
Menurut dia, para dokter adalah putra-putri terbaik bangsa. Aceh sendiri menjadi daerah yang sangat tertolong dengan hadirnya dokter. Mulai dari masa konflik, bencana tsunami, hingga pandemi Covid-19.
“IDI sebagai wadah pengembangan profesionalisme para dokter di Indonesia tentu diharapkan dapat selalu menjawab setiap tantangan baru,” kata dia.
Dalam kesempatan itu, Nova menyampaikan selamat dan menyambut baik kedatangan delegasi Muktamar IDI dari seluruh Indonesia. Ia berharap, selama delegasi berada di Banda Aceh dapat menikmati segala fasilitas dan sarana pendukung, destinasi wisata, cagar budaya, maupun kuliner-kuliner lezat khas seperti kopi Arabika Aceh.
Ketua Umum Pengurus Besar IDI dr Daeng Muhammad Faqih, mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi Pemerintah dan jajaran beserta pengurus IDI wilayah Aceh yang telah menyambut seluruh delegasi dengan begitu baik. Berbagai kearifan lokal, seni, hingga kuliner mengiringi penyambutan delegasi Muktamar.
“Kami sangat bangga dengan kesungguhan kawan-kawan di Aceh, terutama komitmen, semangat dan pengorbanan,” kata Daeng.
Daeng mengatakan, Muktamar ke-31 IDI tersebut harus menjadi momentum bagi seluruh pengurus IDI untuk mewujudkan dan mengingatkan peran dan fungsi dokter.
“Marilah kita berhimpun, tuangkan peran kita dengan memproduksi gagasan. Mari kita betul-betul membuat gerakan kontribusi, dengan mencurahkan ide dan gagasan,” kata Daeng.
Kata Daeng, tidak sepantasnya seorang dokter melanggar kode etik. Apalagi mengisukan sesuatu yang tidak bermanfaat.
“Setelah Muktamar ini proses meningkatkan peran dokter harus menjadi lebih baik. Banyak hal perlu kita hadapi, pandemi, perkembangan teknologi 4.0 dan teknologi pengobatan kita yang masih tertinggal dengan negara lain,” kata Daeng.
Menurut Daeng, masih adanya gap penguasaan teknologi kesehatan antara dokter Indonesia dan negara lain. Kesenjangan tersebut harus dikikis sehingga dokter di Indonesia memiliki kompetensi yang berdaya saing.
“Kita harus bisa mengikis gap dengan dokter luar negeri, sehingga bisa memberikan pelayanan terbaik bagi rakyat,” kata Daeng.
Ketua Panitia Muktamar IDI ke-31 dr Nasrul Musadir, menyampaikan kegiatan tersebut diikuti oleh delegasi 408 dari 450 cabang IDI di Indonesia. Jumlah pesertanya mencapai 1.620 orang.
Nasrul mengatakan, perjuangan untuk membawa Aceh menjadi tuan rumah Muktamar IDI ke-31 bukanlah hal mudah. Suksesnya Aceh terpilih sebagai tuan rumah tidak terlepas dari dukungan Gubernur Nova pada tahun 2018 yang saat itu masih menjabat sebagai Nova.
“Dalam satu kesempatan kami berbincang-buncang dengan gubernur untuk mengusulkan Banda Aceh sebagai tuan rumah muktamar IDI. Jawaban gubernur membuat kami tersentak, beliau menugaskan kami untuk membawa Banda Aceh sebagai tuan rumah. Kata beliau ‘saya dukung 100 persen katakan apa yang kalian butuhkan untuk wujudkan mimpi kalian tersebut’,” ujar Nasrul.
Nasrul mengatakan, dukungan Pemerintah Aceh dalam pelaksanaan Muktamar IDI tak hanya sebatas ucapan, tapi hampir semua persiapan difasilitasi Pemerintah Aceh. Bahkan mulai dari penyediaan sekretariat, penjemputan delegasi di bandara, dan penyediaan kendaraan.
“Ini menjadi sesuatu yang kami pribadi belum pernah mengalaminya. Ini pertama kalinya terjadi di dunia,” ujar Nasrul.
(MHD/CSP)