Karateka Indonesia Andy Tomy, Andi Dasril dan Albiadi serta sejumlah karateka Indonesia melakukan selebrasi ketikal memenangkan pertandingan pada final Kata Beregu Putra SEA Games 2021 Vietnam di di Sports Competition Center, Ninh Binh, Vietnam, Jumat (20 (ANTARA FOTO/Zabur Karuru/foc.)
Analisadaily.com, Ninh Binh - Atlet karate Indonesia tampil apik pada pagelaran SEA Games Vietnam 2021 yang digelar di Pusat Olahraga Provinsi Ninh Binh, 18-20 Mei 2022.
Dari 15 nomor yang dipertandingkan di ajang multi cabang dua tahunan antar 11 negara se-Asia Tenggara itu, Tim Karate Indonesia mampu meloloskan 12 nomor ke partai final.
Lebih mengejutkan, seluruh atlet karate yang diboyong ke Vietnam ini dikalungi medali, jika tidak mendapatkan medali nomor perorangan maka mendapatkan nomor perseorangan. Malahan ada juga atlet yang mendapatkan dua medali sekaligus.
Lebih membanggakan lagi torehan medali pun tak dapat dipandang sebelah mata, yakni 4 emas, 8 perak dan 2 perunggu atau melampaui target 3 emas yang ditetapkan Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Walau tak menjadi juara umum karena kali ini kalah dari tuan rumah Vietnam yang mengemas tujuh medali emas, tapi bagi cabang olahraga bela diri Indonesia, ini menjadi catatan sejarah tersendiri.
Jika merujuk pada rekam jejak perjalanan di SEA Games maka pencapaian pada edisi ke-31 ini menjadi yang terbaik sejak empat kali penyelenggaraan SEA Games terakhir.
Setelah sempat juara umum saat Indonesia menjadi tuan rumah pada 2011 dengan meraih 10 emas, 2 perak dan 4 perunggu, prestasi karate sebenarnya sempat menurun pada ajang berikutnya yakni SEA Games Myanmar 2013 dengan hanya meraih 2 emas, 7 perak dan 7 perunggu.
Kemudian, setelah SEA Games Singapura 2015 yang tidak mempertandingkan karate, Indonesia mulai memperbaiki prestasi pada SEA Games Malaysia 2017 dengan meraih 3 emas, 3 perak dan 7 perunggu. Akan tetapi pada SEA Games Filipina 2019 kembali turun menjadi 2 emas, 3 perak, 4 perunggu.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Federasi Karate Do Indonesia Raja Sapta Ervian mengatakan PB Forki mulai bergerak dalam membangun tim nasional sejak 2019 atau setelah mengevaluasi capaian dari SEA Games Filipina.
“Kami mulai manage karate itu sejak 2019, jadi yang menghasilkan hari ini sudah melewati program cukup panjang. Mereka Pelatnas hampir tiga tahun,” kata Raja Sapta.
Artinya, Raja Sapta melanjutkan, andai saja tidak ada faktor nonteknis khas olahraga bela diri, maka bisa saja tim ini mendapatkan lebih banyak keping emas karena faktanya bisa meloloskan 12 nomor ke final.
“Yang jelas, keberhasilan ini mengindikasikan bahwa pembinaan prestasi yang dilakukan itu berhasil, program dan manajemen tim nasional juga sukses,” kata Raja.
Termasuk, salah satu taktik jitu yang dilakukan PB Forki menjelang SEA Games yakni mendatangkan sejumlah atlet dari Kazakstan dan Australia ke Indonesia untuk menjadi sparring partner atlet pelatnas. Begitu juga dengan mendatangkan pelatih asing asal Perancis.
Tim Karate Indonesia diperkuat oleh 19 atlet yang merupakan perpaduan atlet junior dan senior. Beberapa atlet malahan merupakan debutan SEA Games, seperti Dessynta yang meraih medali perunggu kumite +68 Kg.
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PB Forki Djafar Djantang mengatakan organisasinya menerapkan sistem pembinaan prestasi yang akumulatif serta berjenjang. “Pembinaan atlet itu tidak bisa instan, dan karate fokus menerapkan itu,” kata Djafar.
Untuk itu dalam perekrutan atlet nasional dilakukan seleksi secara ketat, dengan memperhitungkan prestasi di Kejuaraan Nasional, PON, dan Seleksi Nasional.
Selain itu, selama menjalani Pemusatan Latihan Nasional, para atlet dipantau perkembangannya oleh pihak internal PB Forki dan eksternal seperti Tim Pemantau Kemenpora.
Dengan begitu, atlet menjalani pola pembinaan yang berjenjang atau tak sporadis sehingga prestasi yang bakal dicapai menjadi lebih terukur.
Manajer Tim Nasional Junior Karate Harmen Saputra menambahkan tak hanya di level senior, di tingkat junior sejatinya hal itu juga diterapkan. Bahkan kini Forki juga menerapkan standarisasi dalam perekrutan atlet nasional.
Atlet berusia 16-21 tahun yang dipilih akan diutamakan yang memiliki postur tumbuh minimal 165 cm karena nantinya diharapkan memiliki rentan prestasi hingga ke level Asia hingga dunia saat berusia senior.
“Kami ada lima orang pelatih yang khusus mencari talent ke daerah-daerah untuk menemukan atlet muda berbakat. Proses dilakukan secara transparan, dalam arti walau secara fisik sudah memenuhi tetap juga dinilai faktor lain seperti teknik, kekuatan, kecepatan, dan daya tahan," katanya.
(CSP)