Prodi Proteksi Tanaman ITSI Satu-satunya di Sumut

Prodi Proteksi Tanaman ITSI Satu-satunya di Sumut
Rektor ITSI Aries Sukariawan, MP (dua kiri) bersama para narasumber pada seminar tentang proteksi tanaman dalam pengembangan agribisnis pertanian/perkebunan di Ruang Sidamamik ITSI, Medan, Senin (23/5). (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Program studi proteksi tanaman yang saat ini terus berkembang adalah prodi yang seksi, menurut Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti), prodi proteksi tanaman hanya ada 13 dan di Sumatera Utara baru satu berdiri pertama di Institut Teknologi Sawit Indonesia (ITSI).

Demikian disampaikan narasumber Prof Dr Ir Retna Astuti Kuswardani, MSc pada seminar ‘Peran Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI) dan Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI) sebagai penggerak proteksi tanaman dalam pengembangan agribisnis pertanian/perkebunan di Sumatara Utara’ di Ruang Sidamanik ITSI Jalan Willem Iskander, Medan, Senin (23/5).

Ia menjelaskan, proteksi tanamn menjadi aspek penting dalam pengembangan perkebunan nasional. Namun berbagai masalah masih dihadapi di antaranya pembahasan yang belum secara komprehensif namun masih secara parsial. Melalui ruang akademik semacam ini mampu memberikan solusi dan menghasilkan pengelolaan secara terpadu perlu diutamakan.

Dalam bidang proteksi tanaman, kini tersedia pengendalian hayati, pengendalian kimia, budaya, namun untuk database terkait proteksi tanaman belum begitu lengkap. Menurutnya perlu punya data lengkap tentang hama, faktor pengendalinya, potensi yang bisa dikembangkan untuk perkebunan kelapa sawit yang agroekosistem lebih stabil dibanding tanaman semusim.

Lembaga-lembaga tersebut yang terlibat dalam proteksi tanaman, katanya, diharapkan punya peran maksimal. Khususnya dalam penanganan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti hama, patogen dan gulma yang menyebabkan penyakit tanaman dan mengurangi produktivitas perkebunan. Prodi proteksi tanaman di ITSI diharapkan berkembang dan bisa berkolaborasi mewujudkan itu.

Kehadiran prodi proteksi tanaman satu-satunya di Sumut ini dinilai strategis, karena sebagai daerah dengan kebun yang sangat luas. “Jadi diperlukan tenaga kerja dan sumber daya manusia yang unggul bidang proteksi tanaman,” katanya yang juga Ketua PEI Cabang Sumut.

Narasumber, Prof Ir Achmadi Priyatmojo, MSc, PhD yang juga Sekjen PFI Indonesia menyampaikan, proteksi tanaman untuk mengelola agar produktivitas tanaman seperti kelapa sawit sesuai harapan. Namun tidak semudah itu karena serangan OPT yang bisa menurunkan produksi perkebunan.

Untuk itu perlu kolaborasi himpunan terkait untuk menangani dan memberikan solusi terkait penyakit tanaman. Mewujudkan itu, perlu sinergi lembaga terkait di antaranya bidang fitopatologi dan entomologi serta lainnya. Melalui forum ini dan dengan hadirnya prodi proteksi tanaman, mampu menemukan strategi dan solusi, khususnya mewujudkan pertanian berkelanjutan.

“Seminar ini sangat bagus, kita mengundang dan mendatangkan banyak stakeholder, diharapkan kita mampu mencarikan solusi secara komprehensif dan menghadapi OPT dengan tepat untuk tanaman-tanaman perkebunan,” ujarnya.

Rektor ITSI Aries Sukariawan, SP, MP menyampaikan, kerja sama dengan berbagai lembaga dibangun dan diteruskan dengan forum seminar tersebut. Diharapkan menjadi inspirasi dan semangat pada aktivitas di prodi dan bidang proteksi tanaman. Dalam gagasan perkebunan berkelanjutan, pengendalian hama dan penyakit tanaman merupakan hal penting. Dalam sambutan, ia juga menyampaikan perkembangan ITSI yang saat ini menambah beberapa prodi baru di antaranya proteksi tanaman, sistem informasi, teknik kimia dan agribisnis.

Seminar dipandu Wakil Rektor II ITSI, Guntoro, MP yang juga Sekretaris PFI Komda Sumut, hadir narasumber dari PPKS Tjut Ahmad Perdana, SP, para peserta seminar dari perusahaan perkebunan, PTPN, para dosen dan unsur lainnya. Acara dilanjutkan dengan peninjauan berbagai produk terkait proteksi tanaman, seperti digital farming, pengendalian hama oryctes rhinoceros dan lainnya.

(BR)

Baca Juga

Rekomendasi