Pemusnahan Narkotika di Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) di Aula Tengku Rizal Nurdin, rumah dinas Gubernur, Senin (27/6). (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, mengaku prihatin dengan penyalahgunaan gunaan Narkoba. Sebab, kasus pengguna narkoba di Sumut menjadi nomor satu terbanyak di Indonesia.
"Dari hari ke hari narkoba bertambah terus, ini saya takutkan," kata Edy dalam sambutannya pada Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) dengan tema 'Kerja Cepat, Kerja Hebat, Berantas Narkoba di Indonesia,' yang berlangsung di Aula Tengku Rizal Nurdin, rumah dinas Gubernur, Senin (27/6).
Edy menuturkan, Provinsi Sumut menjadi nomor satu pengguna dan kasus narkoba terbanyak di Indonesia. Bukan prestasi yang harus dibanggakan, namun harus bersama-sama dilakukan pemberantasan narkoba ini.
"Perlu saya ingatkan, Tadi pagi, saya mendapat informasi juara satu pengguna narkoba di Indonesia adalah Sumatera Utara. Nomor dua Surabaya (Jawa Timur). Jadi, kita nomor satu terus," tuturnya.
Ia ingin yang nomor satu bukan penggunaan dan penyalahgunaan narkoba. Tapi, nomor satu dalam prestasi di bidang olah raga seperti Pekan Olahraga Nasional (PON). Apa lagi, Sumut menjadi tuan rumah PON.
"Saya cita-cita PON 2024, saya nomor satu, bukan narkoba pengen saya nomor satu," terangnya.
Kata Edy, memerangi narkoba bukan saja tugas dari Pemerintah Daerah, TNI/Polri dan BNN saja. Tapi, seluruh masyarakat di Sumut ini. Ia mengungkapkan jangan sampai generasi muda di Provinsi ini, rusak karena narkoba.
"Karena berani mati, dari pada sengsara di Dunia. Kalau itu, jadi motonya repot kita semua. Kita berharap masa depan bangsa, ada dipundak anak-anak kita," ucapnya.
Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumut, Brigjen Toga Panjaitan, mengatakan kurun waktu satu belakang ini, jumlah pengguna dan menyalagunakan narkoba di Sumut sebanyak 1,5 juta orang.
"Provinsi Sumatera Utara dengan angka penyalahgunaan terbesar di Indonesia dengan jumlah pengguna narkoba setahun terakhir, 1,5 juta orang," kata Toga.
Selain itu, berdasarkan data kawasan rawan narkotika BNN RI pada tahun 2022, Toga mengungkapkan bahwa terdapat 1.192 wilayah dengan status bahaya dan waspada di Sumatera Utara.
Toga menambahkan permasalahan narkoba ini, tidak saja terjadi di Indonesia. Tapi, hampir seluruh dunia. Ia mengungkapkan menjadi tantangan bagi pihak BNN memberantas narkoba di tengah krisis Kesehatan di tengah pandemi Covid-19.
"Kondisi krisis dunia, dimana semakin banyak unsur narkotika dengan jenis baru yang sulit dikendalikan. Lebih para ada krisis kesehatan dan kemanusiaan, akibat pandemi Covid-19. Hal ini, menjadi tantangan dan kerja sama penyelesaian gesit dan cepat," tambahnya.
(JW/CSP)