Orang-orang menonton layar televisi yang menunjukkan program berita yang melaporkan tentang rudal balistik antarbenua (ICBM) Korea Utara di sebuah stasiun kereta api di Seoul, pada 25 Maret 2022. (AP Photo/Lee ??Jin-man)
Analisadaily.com, Seoul - Kementerian luar negeri Korea Utara pada Minggu (14/8) mengkritik komentar Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Antonio Guterres, baru-baru ini tentang dukungannya untuk denuklirisasi lengkap Korea Utara. Ia menyebut pernyataan itu tidak berimbang dan tidak adil.
Kantor berita negara Korea Utara KCNA merilis pernyataan dari kementerian luar negeri setelah Guterres mengatakan dia sepenuhnya mendukung upaya untuk sepenuhnya denuklirisasi Korea Utara ketika dia bertemu dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol.
"Saya tidak bisa tidak mengungkapkan penyesalan yang mendalam atas pernyataan Sekjen PBB yang sangat tidak memihak dan tidak adil dan bertentangan dengan kewajiban tugasnya, yang ditentukan dalam Piagam PBB, sehubungan dengan masalah semenanjung Korea," kata Wakil menteri untuk organisasi internasional kementerian luar negeri Korea Utara, Kim Son Gyong dilansir dari Reuters dan Channel News Asia, Minggu (14/8).
Kata Kim, Guterres tidak boleh meminta atau menerima perintah dari pemerintah negara tertentu tetapi menahan diri dari melakukan tindakan apa pun yang dapat merusak posisinya sebagai pejabat internasional yang hanya bertanggung jawab kepada PBB.
Kim mengatakan "denuklirisasi lengkap, dapat diverifikasi, dan tidak dapat diubah" (CVID) Korea Utara adalah "pelanggaran terhadap kedaulatan DPRK," merujuk pada Korea Utara dengan inisial nama resminya, Republik Rakyat Demokratik Korea.
"Ini menuntut perlucutan senjata sepihak, dan Sekretaris Jenderal Guterres mungkin tahu betul bahwa DPRK telah sepenuhnya menolaknya tanpa toleransi," kata Kim, seraya menambahkan bahwa Guterres harus berhati-hati saat mengucapkan "kata-kata berbahaya" di tengah situasi yang sangat akut di Korea, semenanjung.
Korea Utara telah melakukan uji coba menembakkan sejumlah rekor rudal tahun ini, dan para pejabat di Seoul dan Washington mengatakan bahwa Korea Utara tampaknya bersiap untuk menguji senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017, di tengah pembicaraan denuklirisasi yang terhenti.(CSP)