Mengenal Huruf Lewat WA Grup ala Guru SDN 30 Pasar Lapan Batubara

Mengenal Huruf Lewat WA Grup ala Guru SDN 30 Pasar Lapan Batubara
Belajar mengenal huruf lewat WhatsApp (WA) Grup di SDN 30 Pasar Lapan Batubara (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Batubara - Gadget menjadi barang yang familiar bagi anak sekolah saat ini. Sebagai seorang guru, Hotma Wulansari Sitohang berupaya menjadikan gadget sebagai hal yang positif bagi media pembelajaran anak-anak.

Pihak sekolah harus bekerja sama orang tua murid. Karena pendampingan orang tua murid sangat dibutuhkan agar tujuan pembelajaran tercapai. Melatih mengenal huruf menjadi bagian penting untuk membangun kemampuan bahasa anak sekolah dasar.

“Hal ini juga sebagai perkembangan dalam membaca dan menulis. Anak perlu memahami huruf agar menjadi pembaca dan penulis yang mandiri dan lancar,” kata Hotma, yang juga guru imbas Program Pintar Tanoto Foundation, Kamis (25/8).

Dijelaskannya, kemampuan mengenal huruf adalah tahap perkembangan anak dari belum tahu menjadi tahu tentang keterkaitan bentuk dan bunyi huruf, sehingga anak dapat mengetahui bentuk huruf dan memaknainya.

“Perubahan zaman menuntut kita untuk cakap akan teknologi yang berkembang. Kita tidak bisa menyamakan masa sekolah kita dengan anak sekarang yang tidak terlepas dari gadget,” jelasnya.

Disebutkan Hotma, dalam masa orientasi sekolah, para orang tua menunggu anak-anaknya sampai pulang. Dalam situasi seperti itu, ia mengambil kesempatan untuk melibatkan orang tua agar turut andil dalam proses pembelajaran.

“Saya berpikir, jika menggunakan aplikasi Jamboard, Quiziz, Kahoot, dan lainnya akan merepotkan para orang tua, karena aplikasi itu tidak begitu familiar di kalangan mereka, dan akan memakan waktu yang lama,” sebutnya.

Oleh karena itu, lanjut Hotma, ia memanfaatkan WhatsApp (WA) yang sudah dimiliki sebagian besar orang tua siswa sebagai media pembelajaran. Dengan harapan peserta didik tidak malu-malu dalam belajar dan mau mengeksplor kemampuan mereka dalam penggunaan alat teknologi modern sebagai sumber belajar dalam pengenalan huruf.

“Pada dasarnya, siswa Kelas I Sekolah Dasar tidak diperkenankan membawa handphone ke sekolah. Orang tua hanya menyediakan dan mendampingi peserta didik untuk membuka WA Grup. Kemudian setelah itu peserta didik mengikuti instruksi guru. Misalnya, guru memerintahkan untuk mengetik dan mengirimkan huruf vokal, maka orang tua hanya memandu atau mengarahkan saja dan yang mengetik adalah peserta didik itu sendiri,” terangnya.

Kegiatan pembelajaran dilakukan di dalam kelas dengan menggunakan perlengkapan seperti loudspeaker, mic, laptop, dan infocus. Kemudian WA Grup ditampilkan di layar, dan orang tua yang mendampingi memberikan handphone kepada anaknya.

“Saya menuliskan huruf hidup, a, i, u, e, o, dan huruf mati, b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z, dengan penggunaan huruf kapital dan huruf kecil di papan tulis. Lalu saya memerintahkan masing-masing anak mengirim huruf yang telah diketiknya ke WA Grup,” ungkapnya.

Peserta didik yang sudah selesai diperkenankan ke depan untuk melafalkan abjad. WA Grup pun menjadi ramai, karna peserta didik berlomba-lomba mengirim huruf yang telah mereka ketik. Tak hanya itu, orang tua murid juga turut memberikan komentar.

Setelah selesai pembelajaran, Hotma merefleksi peserta didik dengan menanyakan huruf apa yang ditulis di papan tulis, dan peserta didik mampu mengenalnya. Hal ini sangat kontras pada tahun lalu, di mana Hotma hanya menuliskan di papan tulis dalam pengenalan huruf abjad.

“Dengan adanya perbandingan ini, menurut saya unsur MIKiR yaitu Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi, yang saya dapat dari pelatihan Tanoto Foundation sangat membantu untuk menciptakan fun learning,” ungkapnya.

Setelah pembelajaran selesai, Hotma menyampaikan kepada kepala sekolah mengenai situasi di ruang kelas saat pembelajaran berlangsung, di mana rangkaian pembelajaran ini juga sudah disetujui kepada kepala sekolah sebelum proses pembelajaran dimulai.

Sugiatik, sebagai Kepala Sekolah mengatakan, “Antusias orang tua muridnya juga ibu lihat. Jadi, pengin juga ibu buat tulisan praktik baik,” sebutnya. “Melihat antusias mereka saya turut bahagia karena telah memberikan ruang dan memerdekakan mereka dalam belajar, serta mengajarkan mereka makna belajar sepanjang hayat,” sambungnya.

(RZD/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi