Para siswa SDN 05 Sei Balai (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Sei Balai – Di pagi yang cerah, waktu menunjukkan jam pembelajaran ke-3, Guru Kelas 6 UPT SDN 05 Sei Balai, Batubara, Budianto, mencoba menampilkan video YouTube lewat gadget tentang alunan suara musik yang mengiringi tarian daerah.
Video itu ditampilkan Budianto kepada para siswa, sehingga membuat suasana Kelas 6 UPT SDN 05 Sei Balai begitu hening. Tarian daerah yang diperlihatkan berasal dari Jawa Timur, berjudul “Tarian Kolosal Reog Ponorogo”.
“Tarian ini diperagakan oleh 4 orang anak laki-laki. Secara baik mereka saling mengangkat, melompat, berpegangan, bergandengan satu sama lain, dan terlihat begitu sempurna gerakanya,” kata Budianto, Senin (5/9).
Belum selesai pertunjukan tarian, tiba-tiba seorang siswa laki-laki, Nugraha Sahputra, mengangkat tanganya dan berkata kepada Budianto, “Pak, kemarin saya melihat tarian seperti ini.” “Oh iya, di mana?” tanya Budianto. “Di dusun saya, pak. Acara Hiburan Perayaan Kemerdekaan 17 Agustus, pak,” jawab Nugraha.
Selanjutnya Nugraha menceritakan semua yang ia lihat secarah utuh. Di saat yang bersamaan, ruangan kelas mulai bergemuruh. Suarah berisik dari siswa lainnya, Denis, Dika, Reisya, Kevin, dan yang lainya, saling bergantian ikut memberikan pengalamanya.
“Sama seperti yang disampaikan Nugraha sebelumnya, para siswa lainnya ada yang berargumen dan berpendapat seakan-akan mereka dalam proses menganalisis suatu kejadian, dan menyampaikan hasil analisis di depan kelas secara bergantian antara satu sama lain,” terang Budianto.
Pada kesempatan tersebut, Budianto berusaha untuk mengambil alih situasi ruang kelas yang kurang kondusif, dikarenakan para siswa yang saling mengemukankan pengalamanyanya.
“Lalu saya memberikan instruksi untuk diam dan kembali duduk di bangku masing-masing. Video tarian tersebut saya hentikan sementara, selanjutnya saya memberikan penjelasan yang lebih mendasar dan dapat mudah dicerna oleh siswa,” sebutnya.
Budianto kemudian menerangkan kepada para siswa, hakikat sejati yang tercermin dan tumbuh secara alamiah dari jati diri manusia itu sendiri yang paling sederhana adalah pola cerminan sosial dan berkebudayaan.
“Cerminan sosial itu hakikatnya manusia tidak dapat bertahan hidup lebih lama, jika tidak ada manusia yang lain. Berkebudayaan adalah memberikan definisi adanya peraturan yang mengikat dalam berbagai hidup dan kehidupan daerah itu sendiri,” terangnya kepada para siswa.
Budianto juga menyampaikan, Indonesia yang beraneka ragam suku dan budayanya, yang sudah tercatat dalam wadah besar yaituh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), memberikan sinyal yang kuat untuk siapasaja harus punya rasa tanggung jawab, terus menjaga dan melestarikan, sehingga budaya asli Indonesia tidak hilang tergerus kemajuan zaman.
“Lalu kembali saya merespons ke siswa dengan pertanyaan apakah kalian sudah cukup jelas dengan penjelasan dari bapak? Mereka menjawab dengan bersama-sama, “Sudah Pak”,” terangnya.
Di akhir pembelajaran, Budianto, yang juga guru imbas Program Pintar Tanoto Foundation, menugaskan kepada siswa untuk berinteraksi dengan orang tua ataupun dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, untuk mencatat jenis-jenis tarian daerah.
Ke esokan harinya, salah satu orang tua dari siswa, Alex Cia Devly, membawa selembar kertas kartun, isinya terdapat tulisan jenis-jenis tarian daerah dan gambarnya. Ada juga orang tua dari siswa bernama Afifah Alya Ramadani berkomentar dalam Grup WhatshApp Kelas 6 UPT SDN 05, supaya beberapa jenis tarian daerah bisa dilatihkan atau diajarkan ke siswa.
“Saya berkeinginan agar semua peserta didik mampu mengetahui makna luhur yang terkandung dari tarian daerah mereka masing-masing melalui praktek langsung. Akhirnya saya membuat jadwal, setiap Sabtu pada jam ke-4 untuk praktek menari tarian daerah,” terangnya.
Kepala Sekolah UPT SDN 05 Sei Balai, Kholijah, serta teman-teman sejawat Budianto, memberikan masukan agar penerapan program ekstra kulikuler untuk tari-tarian ini dapat dibagi menjadi 2 tahapan.
Pertama adalah mencatat makna dan unsur yang terkandung dalam tarian daerah yang ingin dipraktekan. Lalu masing-masing siswa diminta untuk menganalisis gerakan-gerakan dan hitungannya.
Kedua, siswa dibagi menjadi 2 kelompok untuk mempraktekan gerak tarian tersebut. Selanjutnya siswa kelompok lain untuk mendokumentasikan melalui video handphone, dan akan dibagikan di Grup WhatsApp Kelas 6.
“Supaya dilihat para orang tua siswa, sehingga terciptanya umpan balik,” tandas Kholijah.
(RZD)