Dosen dan Mahasiswa FMIPA-USU Pengabdian Masyarakat di Desa Bingkawan, Deliserdang (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Deliserdang - Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu dari Tridarma Perguruan Tinggi yang wajib dilakukan oleh setiap sivitas akademika. Unsur-unsur Tridarma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian saling melengkapi satu sama lain. l
Itu pula sebabnya pelaksanaan Tridarma yang dilakukan para dosen harus pula melibatkan mahasiswa. Kegiatan PkM di Desa Bingkawan Deliserdang dalam bentuk membantu mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan air bersih, pelatihan budidaya hidroponik untuk pemenuhan kebutuhan sayur-mayur serta introduksi pengelolaan kolam tanah untuk pemenuhan protein warga desa, juga melibatkan mahasiswa program studi matematika FMIPA-USU.
Di tengah masih belum berakhirnya pandemik Covid-19, lamanya kuliah dengan sistem dalam jaringan, dan belum mengikuti proses pembelajaran tatap muka maka cukup menarik untuk mengetahui alasan para mahasiswa/i bersedia terlibat dalam kegiatan di luar kampus pada lokasi yang cukup jauh dari jalan raya, berada di tengah hutan sekunder, tak terjangkau internet, sulit dicapai meski dengan jalan kaki.
Aneka alasan dari yang bersifat normatif dan pragmatis, bahkan alasan bermuatan filosofis terungkap dari para mahasiswa/i ini untuk mengikuti kegiatan LPPM-USU yang sudah berlangsung 3 bulan lebih di Desa Bingkawan.
Chahyani Romelin, Minggu (11/9) mengungkapkan, ia tertarik ikut karena adanya konversi 20 SKS. Meski mulanya bingung karena dilaksanakan setiap Sabtu-Minggu dan di desa terpencil pula, namun setelah mendapat persetujuan orang tua ia memutuskan ikut.
“Saya punya keyakinan bahwa akan mendapat pengetahuan dan pengalaman baru yang akan menunjang pengetahuan yang diperoleh di kampus. Lagi pula, saya tak ada kegaiatn lain karena tak ikut organisasi mahasiswa. Selain itu, ada dosen yang membimbing terus menerus di lapangan,” ujarnya dengan nada bersemangat.
Kania Febry mengungkapkan, mengikuti PkM ini pada awalnya karena ajakan teman. “Terus terang saja, saya orangnya tertutup atau ‘kuper’. Semula saya berpikir bahwa PkM tak ada hubungan langsung dengan prestasi akademik, apa lagi dengan mata-mata kuliah yang saya ambil. Mau ikut atau tak ikut, menurut saya tak menambah atau mengurangi nilai mata kuliah yang saya terima dari dosen.”
“Tapi, rasa ingin tahu yang kuat karena ajakan teman itu, saya jadi penasaran dan ingin mencoba pengalaman baru, sehingga memutuskan untuk ikut kegiatan PkM,” lanjutnya.
Agustinus Rohib Rizky yang menjadi komisaris tingkat di angkatannya, mengutarakan alasannya mengikuti PkM. SSebelumnya, saya banyak mendengar spekulasi dari mahasiswa lain bahwa PKM itu tidak ada manfaatnya. Bahkan saya mendapat infromasi bahwa PKM itu melelahkan, membuat letih, bahkan menguras uang pribadi mahasiswa.”
“Tapi, saya beranggapan bahwa mungkin sebagian besar yang berspekulasi seperti itu belum tentu pernah melakukan pengabdian kepada masyarakat. Bertolak-belakang dengan spekulasi itu, saya menganggap PkM ini adalah ajang atau kesempatan kita untuk mencicipi kehidupan bermasyarakat sehingga ketika kita tamat atau sudah menyelesaikan masa studi, kita tidak terkejut lagi akan kehidupan bermasyarakat yang sebenarnya,” sambungnya.
“Tinggal beradaptasi saja lah. Pemikiran berbeda dari kebanyakan kawan-kawan itu lah yang jadi alasan bikin saya ikut kegiatan pengabdian masyarakat ini,” ceritanya, seolah menyayangkan spekulasi yang didengarnya di kampus.
Alasan yang tak kalah menarik diungkapkan oleh Winona Melinda. Gadis yang tampak gesit ini menuturkan bahwa ia terpengaruh dengan sebutan agent of exchange. Baginya, sebutan itu menyemangati dirinya bahwa sebagai mahasiswa harus dapat membawa perubahan bagi lingkungan masyarakat disekitarnya. Salah satu kesempatan untuk melakukan peran itu menjadi alasan Winona mengikuti program Pengabdian Kepada Masyarakat.
“Alasan lainnya adalah, saya ingin hidup saya bermanfaat bagi orang lain. Menurut saya, mahasiswa memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam kontribusi kepada masyarakat melalui ilmu dan kemampuan yang telah dimilikinya. Kehadiran mahasiswa di tengah masyarakat dapat menjadi solusi permasalahan yang dihadapi masyarakat,” ungkapnya.
“Bagi saya, keadaan mahasiswa saat ini merupakan gambaran bangsa di masa depan. Saya ingin menjadi bagian penting dari pembentuk masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik,” lanjut Wilona bersemangat.
Sementara itu, Sonyia Juliati mengungkapkan, “Begitu menjadi mahasiswa, saya belajar dan memahami sepenuhnya tentang tridarma Perguruan Tinggi. Karena itu, bagi saya pribadi, tidak perlu ada alasan tertentu untuk menyakinkan saya mengikuti kegiatan PKM ini. Salah satu hal yang saya ingin lakukan selama saya menjadi mahasiswa adalah mengikuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat.”
Menurut Sonyia, pengabdian masyarakat merupakan salah satu tujuan dari perguruan tinggi karena itu ia bersemangat pula untuk mengetahui perannya sebagai mahasiswa di dalam kehidupan masyarakat.
“Saya yakin bahwa setiap mahasiswa akan dibentuk untuk menjadi orang-orang yang bertanggung jawab, bermanfaat bagi masyarakat, dan peka terhadap kejadian ataupun fenomena-fenomena sosial yang terjadi di masyarakat,” ucapnya menutup perbincangan.
(RZD)