Terapi Seni Rupa untuk ABK di Homeschooling Buemily

Terapi Seni Rupa untuk ABK di Homeschooling Buemily
Terapi Seni Rupa untuk ABK di Homeschooling Buemily (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Kegiatan terapi seni rupa (art therapy) pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan kegiatan Pengabdian Skema Penerapan Iptek Masyarakat (PIM) yang dilakukan oleh beberapa dosen Politeknik Negeri Media Kreatif (di singkat dengan Polimedia) di Homeschooling Buemily yang beralamat di Jalan Parang, Medan.

Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini dilakukan oleh dosen dan mahasiswa dari Politeknik Negeri Media Kreatif PSDKU Medan, yang diketuai oleh: Fitri Evita, S.Pd., M.Sn, dengan anggota dosen Sofi Andriyanti, S.Pd., M.Sn, dan Syafriyandi, S.Pd., M.Sn, serta mahasiswa program studi Desain Grafis Polimedia PSDKU Medan bernama Meilinda Sari dan Ade Putra Baharsyah Siregar.

"Kegiatan terapi seni rupa ini dilaksanakan selama 12 pertemuan, sejak 18 Juni hingga 24 September 2022 atau tiga bulan pada setiap hari Sabtu pukul 09.30 hingga 12.00 WIB, yang dalam teknis pelaksanaannya dibagi menjadi 2 gelombang, sesuai dengan kondisi kognitif anak," kata Fitri, Kamis (29/9).

Fitri menuturkan, Homeschooling Buemily memiliki 8 ABK dengan permasalahan neurologis yang berbeda-beda serta tidak memiliki guru ahli di bidang seni rupa, sehingga tidak dapat melakukan kegiatan terapi seni rupa yang sangat penting dilakukan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang memiliki masalah belajar dan kesulitan belajar.

ABK pada Homeschooling Buemily di antaranya adalah anak dengan autism, anak dengan Difisit intiligent ADHD (Attention Defisit Hyperactivity Disorder), anak dengan dengan ABD (Alat Bantu dengar dan cochlear implant (implant hearing) walau ada juga siswa normal.

"Terapi seni rupa merupakan bidang ilmu seni rupa berkorelasi dengan bidang ilmu psikologi yang dalam proses aplikatif teknisnya memerlukan kerjasama dan kolaborasi berkelanjutan (sustainability) yang sangat baik untuk tumbuh kembang pada tiap anak berkebutuhan khusus," tuturnya.

"Dalam Pelaksanaannya, kegiatan ini dibantu oleh guru-guru di Homeschooling Buemily, yaitu oleh Bapak Muhammad Fikri Pratama dan ibu Dessy juga oleh ibu Emilya Ginting M.Psi., Psi. yang akarab dipanggil dengan ibu Emil," sambung Fitri.

Fitri menjelaskan, kegiatan dilakukan hingga 12 kali merupakan sebuah komitmen agar penerapan terapi seni rupa pada siswa-siswa berkebutuhan khusus di Homeschooling Buemily dapat terukur hasilnya dan dapat dievaluasi oleh terapis (tim pengabdi) Emil sebagai chief and founder sekligus psikolog, sehingga dapat disampaikan kepada orang tua, perihal pencapaian anak dan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan orang tua sebagai salah satu upaya meningkatkan kulitas hidup anak.

"Kegiatan terapi seni rupa ini merupakan kegiatan berbasis konteks, di mana kurikulum yang digunakan fleksibel dengan mengedepankan konsep pendekatan kontekstual sesuai dengan minat anak guna memunculkan suasana belajar yang menyenangkan. Bagi Anak Berkebutuhan Khusus, terapi seni rupa (art therapy) ini mendapatkan pencapaian yang signifikan dengan dapat membantu dalam beberapa aspek, di antaranya kesulitan belajar dan masalah belajar pada anak, dapat merilis kecemasan pada anak, dapat membangun kemampuan anak agar konsisten dalam kemandirian prilaku belajarnya, dapat menstabilkan kekhawatiran anak terhadap tuntutan-tuntutan sosialnya," jelasnya.

Secara spesifik pencapaian yang signifikan dalam kegiatan terapi seni rupa ini diantaranya adalah pada anak ABK berinisial NL (berusia 7 tahun, anak dengan autistik) dapat menunjukkan peningkatan waktu fokus dalam belajar, durasi mengompol yang berkurang, sudah mulai mengenal bentuk, serta nyaman dalam berkarya.

Kemajuan signifikan lainnya juga dapat dilihat oleh anak berinisial GB berusia 7 tahun (anak dengan Defisit Inteligent, ADHD dan hiperaktif) menunjukkan prilaku yang semakin tenang ditandai dengan berkurangya prilaku suka merajuk, suka memukul dan marah.

"Ditinjau dari aspek kognitifnya, GB mulai dapat menunjukkan peningkatan dalam hal akademis. Untuk anak-anak lainnya menunjukkan peningkatan dalam hal kognitf seperti dapat membangun konsep, percaya diri, mampu menyelesaikan permasalahan dalam berkarya, bekerja tim, dan sifat apresiasi terhadap karya teman," ungkap Fitri.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi