Siswa SDN 30 Pasar Lapan Batubara Belajar Sambil Berimajinasi dengan Mainan Stik (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Batubara – Belakangan ini peserta didik disibukkan dengan mainan stik. Bahkan satu siswa bisa punya stik sampai sekantong plastik. Setiap jam istirahat, diteras-teras sekolah ramai dengan anak-anak yang bermain stik.
Sebagai seorang guru, Hotma Wulansari Sitohang, Guru SDN 30 Pasar Lapan Batubara, harus mampu mengelola keseharian anak menjadi sebuah pembelajaran. Dari permainan stik itu pulalah muncul ide Wulan, sapaan akrabnya, untuk merangsang daya pikir anak dalam berimajinasi.
“Jadi stik tersebut tidak hanya sekadar permainan, namun dapat pula dijadikan media pembelajaran, dan tentunya menjadikan pembelajaran lebih bermakna dengan media sederhana,” kata Wulan, Selasa (29/11).
Wulan mengajak anak-anak untuk berimajinasi dalam membuat sebuah rumah dengan gabungan beberapa stik. Pembelajaran ini juga berkaitan dengan materi sebelumnya mengenai bangun datar.
“Saya mengajak anak-anak berimajinasi dengan tujuan meningkatkan kreativitas mereka, sekaligus penerapan dimensi profil pelajar Pancasila yang salah satunya adalah kreatif. Dan kegiatan pembelajaran ini juga bertujuan untuk melatih ketenangan hati serta pikiran dalam menciptakan sebuah karya,” terangnya.
Seperti biasa, selain menyampaikan langsung kepada peserta didik, Wulan juga menyampaikan pemberitahuan melalui WhatsApp Grup agar perencanaan pembelajaran berjalan lancar. Jika sebelumnya melakukan pembelajaran di halaman sekolah, pada kesempatan ini kegiatan dilakukan di teras kelas agar tak menghilangkan nilai kebersamaan.
“Seperti saat jam istirahat, para murid bermain stik bersama,” ujarnya.
Diawali dengan
ice breaking, “Mana semangatmu? Ini semangatku. Mana..mana..mana..? Ini..ini..ini. Yang mana? Yang ini. Sekali lagi, yang ini. Lebih keras, yang ini, tepuk tangan,” gabungan suara siswa kelas IA dan IB terdengar begitu semangat.
Bahan-bahan yang digunakankan adalah terpal, papan tulis, spidol, lem, kertas HVS, stik, loudspeaker, dan mic. Lalu Wulan memberikan pertanyaan terbuka, “Kira-kira dari stik-stik ini kita bisa buat bangun datar apa saja ya?”
Lalu dijawab para siswa, “Segitiga, bu. Persegi, bu.” Dilanjutkan dari sudut kiri, “Bisa juga kita buat persegi panjang,” ucap soerang siswa, Fathir. Kemudian Wulan mengaitkan dengan pembelajaran sebelumnya untuk mengingatkan peserta didik kembali tentang apa yang sudah dipelajari.
Selain memberikan pertanyaan terbuka, Wulan saya juga memberikan pertanyaan imajinatif. “Kalau anak-anak ibu sudah sukses semua, mau bangun rumah seperti apa?” Jawaban para siswa dipersilahkan untuk menggambarkannya di kertas VJS yang telah dibagikan oleh guru Kelas IB, Nurasiah.
Peserta didik mulai beranjak dari tempat duduknya untuk melihat karya teman yang lainnya. “Bu…Nizam nyontek,” ucap Alkadafi. “Bu, gak apa-apa kan kalo nengok aja buat gambarnya? Nanti rumah kami bentuknya sama,” sahut Nizam.
Petra yang sudah selesai menempel, dipersilahkan untuk menggambarkannya di papan tulis, kemudian Kinara menuliskan nama bangun datar berdasarkan apa yang digambarkan Petra. Kinara mampu menuliskan “segitiga”.
“Yang belum mampu menggabungkan huruf menjadi kata, cukup berimajinasi melalui mainan stiknya sembari memperhatikan temannya menulis. Nah, disinilah pembelajaran berdiferensiasi itu terbentuk. Anak-anak belajar sesuai dengan kemampuannya,” terang Wulan, guru imbas Program PINTAR Tanoto Foundation.
“Setelah semua selesai menempel stik, maka saya mempersilahkan Cristian untuk memaparkan hasil karyanya ke depan, mengingat opungnya pernah berpesan untuk lebih memacu Cristian agar berani kalau disuruh maju,” ujanya.
Cristian pun menyampaikan hasil karyanya, “Ini rumah saya bu, ada bentuk persegi terus persegi panjang dan atasnya ini segitiga bu,” ucapnya dengan raut wajah yang seolah melawan rasa takut.
Hal itu turut Wulan sampaikan kepada opungnya, karena menurutnya perubahan kecil ini akan membuat rasa bangga pada orang tua siswa, sehingga berdampak pada pola asuh di keluarga yang akan berubah menjadi lebih peduli lagi terhadap pendidikan anak.
Kegiatan ini juga membuktikan bahwa pembelajaran yang mengandung unsur MIKiR, di mana peserta didik terlibat langsung didalamnya, maka akan membawa perubahan dalam proses pembelajaran, sehingga menghasilkan peningkatan pada kognitif, psikomotorik maupun afektif anak.
“Mantap, semoga dengan kegiatan ini anak-anak lebih kreatif dan inovatif untuk merancang suatu bangunan sederhana, yang nantinya imajinasi anak-anak itu akan memacu karya-karya mereka mendesain bangunan yang nyata,” ucap Kepala Sekolah UPT SD Negeri 30 Pasar Lapan Batubara, Sugiatik.
(RZD/RZD)