Sejumlah kendaraan melintas di Jalan Ahmad Yani Medan dengan setengah badan jalan ditutupi plang untuk pengerjaan proyek penanaman kabel bawah tanah, Rabu (14/12). Sejumlah pengusaha di Kesawan berharap agar pengerjaan sejumlah proyek di kasawan kota lama (Analisadaily/Junaidi Gandy)
Analisadaily.com, Medan - Pengerjaan proyek infrastruktur permukiman kawasan Kota Lama Kesawan, menuai kritik pengguna jalan raya dan pedagang atau pelaku usaha yang beroperasi di sekitar lokasi tersebut. Selain menyebabkan kemacetan parah, berimbas terhadap penurunan omzet dagangan yang sangat signifikan.
Pantauan di lapangan, pengerjaan pembangunan infrastruktur terlihat sejak di Jalan Ahmad Yani simpang Palang Merah dan Jalan MT Haryono simpang Perniagaan. Sepanjang ruas kedua jalan itu terlihat dikeruk menggunakan alat berat
excavator. Sebagian lubang-lubang besar menganga, namun sebagian lain mulai ditutup menggunakan beton.
Selain mengganggu estetika, pengerjaan mempersempit ruas jalan protokol Kota Medan tersebut. Padahal sejak dulu diketahui, sepanjang Jalan Ahmad Yani, tepatnya mulai simpang Palang Merah hingga Jalan Pulau Pinang simpang Lonsum terkenal dengan kemacetannya. Dengan adanya pengerjaan proyek ini, kemacetan semakin parah.
Demikian pula, di Jalan Ahmad Yani VII simpang Pulau Pinang atau Lonsum, pekerja terlihat membongkar sisi kanan jalan. Pengguna jalan yang datang dari Pulau Pinang menuju Ahmad Yani VII dialihkan ke Jalan Kumango, kemudian keluar di Jalan Gwangju.
Kondisi itu menyebabkan pengguna jalan yang sehari-hari melintas di kawasan tersebut mengeluh. "Pengerjaan proyek ini menambah macet Kesawan.
Sudah tahu ini jalan protokol dan daerah bisnis, ruas jalan malah diperkecil. Selain itu, pengerjaannya kurang terkoordinasi," ucap Anto, seorang pengemudi pikap yang sehari-hari mengais rezeki menunggu carteran di kawasan sekitar.
Menurutnya, pengerjaan proyek berimbas padanya sebab pelaku usaha yang menyewa pikapnya untuk mengantar barang menurun drastis. "Pedagang terdampak,
awak pun kena," sebut pria berkaca mata ini.
Anto pun menyoroti rentang waktu rambu-rambu lalu lintas di sekitar Kawasan Kota Lama yang tidak seimbang. Dia merasa di beberapa titik, misalnya di Jalan Ahmad Yani simpang Lonsum, lampu merah terlalu lama sedangkan hijau sangat cepat. “Kalau kita dari Ahmad Yani menuju Balaikota, lampu merahnya sangat lama sedangkan yang hijau justru lama. Mungkin ini salah satu penyebab macet parah di sepanjang Ahmad Yani,” ucapnya.
Omzet turun
Sementara itu, sejumlah pelaku usaha kuliner maupun toko alat dan perlengkapan olahraga menyampaikan keluhan senada. Omzet mereka turun drastis, hingga 60-70 persen. "Kacau bang, penjualan turun drastis. Bisa sampai 70 persen," keluh pengelola usaha kuliner yang enggan menyebutkan nama itu.
Coba bayangkan, lanjutnya, pembeli enggan datang karena tidak ada tempat parkir mobil. Selain itu, sejak sore hingga malam, Jalan Ahmad Yani simpang Palang Merah pun ditutup. "
Cemana pembeli mau datang, sore sampai malam jalan ditutup. Omzet turun drastis," keluhnya.
Ungkapan senada disampaikan pedagang perlengkap olahraga. Pria berhidung mancung ini mengeluhkan pembeli sepi karena tidak ada tempat parkir mobil. Bahkan dia menilai, pengerjaan kurang terkoordinasi. “Kami para pelaku usaha sangat terganggu, dampaknya pelanggan tak mau masuk karena parkir susah.
Apalagi, sore sampai malam ditutup, saya yakin semua pelaku usaha di sekitar sini keluhannya sama,” sebutnya.
Dia menegaskan, saat ini pengerjaan terkesan kurang terkoordinasi. “Di satu titik, baru dikerjakan dan belum selesai tapi sudah pindah ke titik lain. Alangkah baiknya dilakukan bertahap, selesai titik satu berlanjut ke titik lain atau dengan kata lain bertahap. Dengan demikian, progres terlihat dan kami tidak terlalu terdampak karena masih ada ruang untuk parkir.
Kenyataannya saat ini, dikerjakan sekaligus namun setengah jalan malah berhenti dan lokasi lain ditangani,” pungkasnya.
Antisipasi kecelakaan
Menyikapi itu, Pelaksana Keselamatan, Kesehatan Kerja (K3) PT Brantas Abipraya sebagai pelaksana proyek pengerjaan Kawasan Kota Lama membenarkan Jalan Ahmad Yani simpang Palang Merah ditutup mulai sore hingga malam. “Tidak mungkin kami tutup siang karena jalan masih ramai.
Kami tutup sore hingga malam karena aktivitas atau jumlah kendaraan mulai berkurang,” terangnya.
Hal ini, lanjutnya, sebagai antisipasi kecelakaan sebab di sekitar lokasi terdapat alat berat, truk pengangkut material, beton-beton dan lainnya. Selain itu, menghindari jangan sampai percikan bahan atau pengerjaan mengenai pengendara atau mobil. Termasuk menjaga keselamatan dan keamanan pekerja serta menghilangkan risiko terhadap pengguna jalan.
Terkait pengerjaan yang belum ditutup, Mulyana menyampaikan karena dari sisi teknis usia beton belum mencukupi. “Selesai dibongkar satu titik, tidak bisa langsung ditutup. Harus diawasi lebih dulu dan itu butuh proses, di antaranya umur beton,” jelasnya.
Dia memastikan, sebelum memulai penataan Kawasan Kota Lama, pihaknya telah melakukan sosialisasi dan rapat koordinasi (rakor) dengan instani terkait. “Dipastikan, sebelum kerja kita berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk kepala lingkungan (kepling),” pungkasnya.
Tergantung situasi
Terpisah, terkait durasi rambu lalu lintas di beberapa titik yang dianggap tidak seimbang, Kepala Bidang Lalu Lintas (Lalin) dan Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Medan Gultom R Parlin menyebut, durasi tersebut tergantung situasi di lapangan dan jumlah kendaraan yang melintas baik pagi, siang dan sore.
“Kita sudah menghitung kendaraan yang melintas melalui
Area Traffic Control System (ATCS) di setiap titik, termasuk Jalan Ahmad Yani simpang Pulau Pinang atau Lonsum.
Kalau arus lalin cenderung tinggi, maka durasi lampu hijaunya pasti lebih lama. Aturan lampu merah, hijau dan kuning tidak bisa sembarangan.
Kita pantau dan hitung melalui ATCS setiap pagi, siang dan sore. Dari situ kita terapkan durasi atau waktunya,” tegas Gultom.
(HEN/JG)