Harga Murah Namun Pembeli Sepi, Dinamika Pasar Tak Biasa di Ramadan (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Dari keluhan sejumlah pedagang di 5 pasar tradisional di Kota medan, dan beberapa pedagang di Deliserdang, termasuk kedai “sampah”, banyak yang mengeluhkan sekalipun harga sejumlah kebutuhan pangan masyarakat bergerak turun, akan tetapi dibarengi dengan sepinya pembeli. Sepi di sini dalam konteks volume atau kuantitas barang yang dibeli.
Sementara itu, observasi yang dilakukan Ketua Tim Pemantau Harga Pangan, Gunawan Benjamin pada bulan November dan Desember 2022 ke petani, banyak petani khususnya petani cabai yang mulai bercocok tanam dengan menaruh harapan akan ada kenaikan harga, karena permintaan tinggi di bulan Ramadan hingga Idul Fitri 2023.
“Pola tanam serentak seperti itu telah memicu terjadinya peningkatan stok yang membuat cabai dijual di kisaran Rp 18 ribu per Kilogram,” kata Gunawan, Kamis (6/4).
Padahal, idealnya harga yang bisa meng-cover biaya tanam dan memberikan keuntungan bagi petani cabai adalah Rp 25 ribu lebih di tingkat pedagang pengecer. Jadi, menurut Gunawan, harga cabai sekarang ini benar-benar merugikan petani, karena bisa saja petani mendapatkan harga Rp 10 ribu atau di bawahnya pada saat ini.
Diaebutkan Gunawan, Kerugian yang sama juga dialami oleh peternak ayam. Berdasarkan hasil hitungannya di tahun 2020, harga pokok produksi ayam itu ada di kisaran Rp 16 ribu ke Rp 17 ribu per Kilogram ayam hidup.
Sementara harga ayam hidup di pasar tradisional di Medan dan sekitarnya dijual dalam rentang Rp 14 ribu hingga Rp 15 ribu per Kilogram hari ini. “Dan bandingkan dengan harga pokok produksi saat ini yang berada di kisaran Rp 21 ribu per Kilogram, jelas peternak sangat dirugikan dengan harga tersebut,” sebutnya.
Sejumlah pedagang juga mengatakan bahwa harga sayur-sayuran di Ramadan ini tidak mengalami lompatan harga seperti yang terjadi sebelumnya. “Sehingga saya berkesimpulan bahwa penurunan harga saat ini lebih dikarenakan stok barang yang memang dirancang banyak sedari awal, untuk mengantisipasi lonjakan permintaan selama Ramadan,” sebutnya.
Menurut Gunawan, langkah yang diambil petani atau peternak itu pada dasarnya merupakan hal yang biasa dilakukan. Terlebih memang selalu terjadi lonjakan konsumsi di saat terjadi perayaan keagamaan besar. Namun ia menilai petani maupun peternak salah perhitungan, karena saat ini masyarakat cenderung mengerem belanjanya.
“Sehingga banyak bahan pangan seperti cabai, bawang, sayur-sayuran, daging dan telur ayam yang mengalami tren penurunan harga belakangan ini. Jadi nanti akan ada pengaturan ulang produksi dan stok (balancing) yang dilakukan oleh petani atau peternak. Sehingga harga akan kembali digiring sesuai dengan harga keekonomiannya,” pungkasnya.
(REL/RZD)