Kepala BKKBN Hasto Wardoyo (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Analisadaily.com, Jakarta - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menilai Program Babinsa Masuk Dapur yang dicanangkan TNI-AD mampu mengubah pola makan keluarga Indonesia menjadi lebih baik.
“Kami mengapresiasi dan berterima kasih sekali, memang sejak beberapa waktu lalu kerja sama kami sudah intens sebelumnya. Tidak hanya TNI-AD tapi semua matra bergerak bersama. Salah satunya dituangkan dalam Program Babinsa Masuk Dapur,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, dilansir dari Antara, Jumat (16/6).
Ia menuturkan program itu efektif untuk menyosialisasikan terkait dengan pentingnya pemberian protein hewani pada anak, seperti telur, daging ayam, ikan, dan susu, sambil memeriksa dapur masyarakat untuk melihat ada atau tidaknya telur di rumah.
Bila ditemukan keluarga tidak memiliki telur, para personel akan membagikan sebagai bentuk upaya pencegahan stunting di tingkat keluarga.
Ketika para personel babinsa datang dari rumah ke rumah, mereka juga akan melihat menu makan apa yang tersaji di meja keluarga. Jika makanan yang diolah dirasa kurang sehat, babinsa akan mengingatkan dan memberitahu masyarakat jenis bahan yang perlu ditambah sehingga asupan gizi menjadi lebih seimbang.
“Masalahnya bukan pada membawa telurnya, tapi memberikan pendidikan bahwa teman-teman dari babinsa langsung memberikan edukasi ayo makan protein hewani. Babinsa juga bisa coba ikut masak di dapurnya, ini penting,” katanya.
Program ini, kata Hasto, juga bermanfaat memantau sekaligus mengontrol penggunaan dari anggaran Program Keluarga Harapan (PKH) yang disalurkan Kementerian Sosial dengan lebih baik.
Dirinya bahkan menilai babinsa bisa menciptakan isu publik yang kuat dan membekas, di mana kehadirannya bisa dijadikan tanda pengingat pentingnya mencegah anak terkena stunting. Kedekatan dengan warga sekitar yang dibangun dari interaksi sehari-hari, juga bisa menjadi hal positif untuk meningkatkan perhatian terhadap penanganan stunting.
Ia mengapresiasi jajaran TNI karena dengan sikap gotong royong yang kuat dan mampu menularkan ke masyarakat, banyak pihak dengan latar belakang finansial yang berbeda-beda saat ini berani ikut terlibat dalam mempercepat penurunan angka stunting.
Ia berharap, dengan kerja sama yang kuat dari semua pihak, bisa mewujudkan tercapainya target percepatan penurunan angka prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024.
“TNI punya pengalaman menggerakkan rakyat untuk gotong royong mengerjakan jalannya program, yang anggaran dari pemerintah cuma sedikit, tapi gara-gara ikut digerakkan oleh TNI jadi sangat efisien,” ujarnya.
(RZD)