Gerakan Gadget Sehat Indonesia Terus Dipopulerkan

Gerakan Gadget Sehat Indonesia Terus Dipopulerkan
Gerakan Gadget Sehat Indonesia Terus Dipopulerkan (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) Prof. Dr.dr.Ridha Dharmajaya Sp BS (K) kembali ungkap bahaya penggunaan gadget secara berlebih. Hal itu diutarakannya saat menjadi pembicara di salah satu program acara TVRI, Markombur yang mengambil tema pembahasan 'Gadget Sehat' pada Senin (13/8).

Dalam siaran langsung yang juga menghadirkan Ketua Yayasan Rumah Literasi Ranggini, dan dipandu pembawa acara Widya Utami dan Munir, Prof Ridha mempopulerkan Gerakan Gadget Sehat yang diinisiasinya sejak Desember 2022 lalu.

Prof Ridha tak pernah lelah mengingatkan kepada publik tentang dampak buruk penggunaan gadget yang berlebih. Dirinya menjelaskan penggunaan gadget terlalu lama dengan posisi yang tidak benar akan memicu gangguan saraf yang berujung cacat bahkan kematian.

"Saat menggunakan gadget terkhusus Handphone, kita menanggung beban lima kilogram saat posisi leher 0 derajat. Saat tekukan leher menjadi 30 derajat beban yang kita tanggung bertambah menjadi 18 kilogram, dan ketika tekukan mencapai 60 derajat maka beban yang ditanggung mencapai 27 kilogram. Jika ini kita lakukan berbulan hingga bertahun bahkan puluhan tahun maka berapa banyak dampak negatif yang hadir," terang Prof Ridha.

Salah satunya yang paling sering terjadi dari dampak syaraf terjepit di leher yakni leher sakit, pusing, tangan kesemutan, pegel, dan pundak berat. Itu baru gejala awal. Tapi lama kelamaan yang dirasakan bisa kelumpuhan tangan dan kaki, seksualitas hilang, buang air besar dan kecil tak terasa atau loss dan lainnya. Dan yang bisa dilakukan dengan tindakan operasi yang akhirnya bisa menimbulkan kecacatan. Karena tak ada obat yang menyembuhkan dan tak selalu operasi yang menyelesaikan masalah.

Dalam kesempatan itu, Ranggini selaku Ketua Yayasan Ranggini mengaku mendapatkan informasi dan ilmu baru dalam dialog sore itu.

Selama ini, Ranggini menjelaskan jika dirinya masih fokus mengedukasi anak didiknya tentang konten dan jam pemakaian. Selain itu juga, bagaimana memanfaatkan literasi positif untuk meminimalisir konten-konten negatif.

"Nah, mengenai sikap tubuh, ini adalah hal baru buat kami dan ini tentu sangat berguna serta wajib diterapkan dan menjadi literasi baru tentunya," ucapnya.

Prof Ridha kembali melanjutkan tentang bonus demografi yang bisa menjadi bencana demografi.

"Pertumbuhan penduduk di usia produktif 5 hingga 10 tahun ke depan harusnya menjadi bonus demografi bagi negeri ini. Tapi dengan penggunaan gadget berlebih justru melahirkan generasi cacat Jika tidak membuat awareness, maka bonus demografi ini akan menjadi bencana," tegasnya.

Itu jugalah, kata Prof Ridha menjadi alasan lahirnya Gerakan Gadget Sehat Indonesia. Lebih lanjut, ia bercerita kisah pada akhir 2022, dirinya yang berprofesi sebagai dokter ahli bedah saraf menjumpai banyak pasien dengan keluhan awal gangguan saraf dengan usia yang cenderung muda.

"Jika ini dialami usia 50 an itu adalah hal yang lazim. Tapi ketika banyak anak SMP, SMA bahkan anak SD maka ini ada yang tidak beres. Lalu kita teliti dan kemarin di masa pandemi semua tugas harus mengerjakan dengan gadget dan kita simpulkan penyebabnya," ungkap Prof Ridha.

Prof Ridha menambahkan, Desember 2022 dirinya dibantu beberapa rekan mulai mengawali dengan tindakan awareness ke masyarakat.

"Ternyata berterima dengan baik di masyarakat, sehingga dibentuklah Gerakan Gadget Sehat Indonesia untuk terus mengedukasi dan mensosialisasikan penggunaan gadget yang baik agar cita-cita melahirkan generasi berkualitas di tengah bonus demografi bisa terwujud," harap Prof Ridha.

Sebelum mengakhiri.perbincangan di Markombur, Prof Ridha menyampaikan beberapa pencegahan agar generasi muda bisa selamat dari ancaman tersebut.

"Yakni dengan disiplin penggunaan gadget. Mau berhasil itu kesungguhan adik sendiri dan izin Allah. Gunakanlah pada saat perlu (2 jam per hari). Jika kerja menggunakan hp, pindahkan data ke personal computer (PC), tablet ataupun laptop dan layarnya ratakan dengan wajah. Pastikan satu jam sekali break time," tandasnya.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi