Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia, Prof.Dr.dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Inisiator Gerakan Gadget Sehat Indonesia, Prof.Dr.dr Ridha Dharmajaya Sp BS (K) mengingatkan jamaah akan bahaya gadget yang mengancam generasi muda terkhusus generasi muda Islam saat ini.
Dia menyebutkan jika salah dalam penggunaan gadget secara fisik maka besar kemungkinan akan mengalami saraf kejepit pada leher dengan gejala yang dirasakan, kepala pening, pundak berat, leher sakit, tangan kesemutan dan bangun tidur tidak segar.
"Akhir 2022 kita banyak menerima kasus saraf kejepit di leher yang dialami anak SMA, SMP, bahkan SD. Biasanya itu dialami oleh orang tua usia 50-60 tahun," kata dokter spesialis bedah syaraf itu dalam acara peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, di Masjid Raya Aceh Sepakat, Medan, Rabu (27/9) malam.
"Apa sebenarnya yang terjadi? Itu karena mereka memakai gadget yang salah. Kalau mereka tidak merubah kebiasannya, maka lima tahun ke depan mereka akan mengalami gejala permanen yakni kelumpuhan tangan dan kaki, seksualitas hilang untuk lelaki dan buang air kecil tak terasa (loss)," sambung Ridha.
Alhasil katanya, tidak ada obat yang menyembuhkan dan tidak operasi yang mengembalikan. Gadget yang salah menurut Prof Ridha yakni dalam memposisikan dirinya. Di mana seseorang yang menggunakan gadget terutama handphone akan mengalami tekukan pada bagian leher yang menyebabkan leher bagian belakang akan menahan beban berat sesuai lekukan yang dilakukannya.
"Jika tekukan itu hanya beberapa menit tidak masalah. Tapi anak-anak kita bermainnya itu berjam-jam bahkan terus berlangsung hingga berbulan, bertahun bahkan puluhan tahun inilah menjadi ancaman saraf kejepit leher tadi dan yang paling fatal jika terus dibiarkan yang terjadi kematian saraf leher dan berujung kelumpuhan," ucapnya.
Untuk itu, Ridha kembali mengingatkan kepada orang tua bisa mengawasi anak-anaknya, agar ke depan lahir generasi muda Islam yang sehat, pintar, dan berahlakul karimah.
"Pesan saya, untuk anak 13 tahun maksimal penggunaan gadgetnya itu dua jam sehari. Sedangkan usia di bawahnya tidak ada alasan memberikan handphone ke mereka. Karena itu sama saja meracuni anak-anak kita," sebutnya.
Berdasarkan pengalaman yang didapatnya. Beberapa pasien yang ditanganinya mengalami speech delay akibat kecanduan gadget.
"Bahkan ada anak usia 9 tahun yang saya tangani belum bisa ngomong karena kecanduan gadget. Pada sifatnya gadget hanya merangsang saraf penglihatan dan pendengaran anak, tapi tidak merangsang untuk berbicara. Maka selalu awasi anak-anak kita jangan sampai kecanduan gadget. Jika ini terjadi siap-siap kita akan menyubang generasi muda Islam yang cacat ke depannya," tutupnya.
(JW/CSP)