Sekolah Kejuruan Pakistan Bantu Pengungsi Perempuan Afghanistan Membangun Bisnis (Reuters/Fayaz Aziz)
Analisadaily.com, Pakistan - Di sebuah bengkel kecil di kota Peshawar, Pakistan barat laut yang ramai, belasan perempuan Afghanistan duduk menyaksikan seorang guru mengajari mereka cara membuat pakaian di mesin jahit.
Pusat keterampilan tersebut didirikan tahun lalu oleh warga Peshawar, Mahra Basheer, 37 tahun, setelah melihat masuknya orang-orang dari negara tetangga Afghanistan, di mana mereka menghadapi krisis ekonomi dan meningkatnya pembatasan terhadap perempuan sejak Taliban mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021.
Mencoba menciptakan pilihan bagi perempuan untuk mandiri secara finansial, ia membuka lokakarya untuk mengajarkan menjahit serta keterampilan digital dan perawatan kecantikan. Basheer dengan cepat menemukan ratusan perempuan mendaftar dan memiliki daftar tunggu yang panjang.
“Jika kami mendapatkan bantuan, saya rasa kami akan mampu melatih antara 250 hingga 500 siswa sekaligus, memberdayakan perempuan yang dapat memainkan peran penting dalam masyarakat,” kata Basheer, dilansir dari Reuters, Jumat (29/9/2023).
Para pejabat mengatakan ratusan ribu warga Afghanistan telah melakukan perjalanan ke Pakistan sejak pasukan asing pergi dan Taliban mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021. Bahkan sebelum itu, menurut PBB, Pakistan menampung sekitar 1,5 juta pengungsi terdaftar, dan menjadi salah satu populasi pengungsi terbesar di dunia.
Para pejabat juga menyebutkan, lebih dari satu juta orang lainnya diperkirakan tinggal di sana tanpa terdaftar. Bergulat dengan krisis ekonomi, pemerintah Pakistan semakin cemas mengenai jumlah warga Afghanistan yang datang. Pengacara dan pejabat mengatakan sejumlah warga Afghanistan telah ditangkap dalam beberapa bulan terakhir atas tuduhan bahwa mereka tidak memiliki dokumen hukum yang benar untuk tinggal di Pakistan.
Basheer mengatakan bahwa fokus utamanya adalah memperluas operasi untuk perempuan Afghanistan dan dia juga melibatkan beberapa perempuan Pakistan dalam program tersebut untuk meningkatkan peluang mereka di wilayah konservatif. Setelah lulus dari kursus tiga bulan tersebut, para perempuan tersebut fokus untuk mendapatkan penghasilan yang sederhana namun berarti, dan seringkali memulai bisnis mereka sendiri.
Fatima, warga negara Afghanistan berusia 19 tahun yang pernah mengikuti pelatihan di pusat tersebut, mengatakan bahwa dia sekarang ingin membuka salon kecantikan di Peshawar; yang saat ini dilarang di negara asalnya hanya beberapa jam jauhnya.
“Saat ini rencana saya adalah memulai salon di rumah. Kemudian bekerja secara profesional sehingga pada akhirnya saya bisa membuka salon yang sangat besar untuk diri saya sendiri,” ungkapnya.
(DEL)