Ketua Perdoski Cabang Medan dr Riyadh Ikhsan SpDVE MKed (DV), FINSDV, FAADV didampingi pengurus lainnya menekan tombol saat membuka simposium MDVU. (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) Cabang Medan dr Riyadh Ikhsan SpDVE MKed (DV), FINSDV, FAADV mengatakan, banyak daerah di Sumut yang tidak ada sama sekali dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin atau spesialis dermatologi, venereologi dan estetika (SpDVE).
“Dari 158 anggota Perdoski Cabang Medan, Sumut, hampir 80 persen berpraktik di Kota Medan dan sisanya 20 persen di sejumlah kabupaten/kita lainnya di Sumut. Bahkan ada beberapa daerah yang sama sekali tidak ada dokter SpDVE,” kata dr Riyadh di sela Simposium Medan Dermatologi, Venereologi Update (MDPU) di Hotel JW Mariot, Minggu (19/11) pagi.
Menurutnya, dokter spesialis dermatologi, venereologi dan estetika (DVE) paling tidak seharusnya ada di rumah sakit tipe C.
Selain Kota Medan, jelasnya, Spesialis DVE ada di Pematangsiantar, Deliserdang, Binjai, Langkat, dan Kabanjahe.
“Ada satu dokter baru datang dan bertugas di Gunungtua. Sangat kita support benar-benar," ucapnya.
Dia melihat tidak meratanya penyebaran dokter SpDVE di Sumut lebih karena persoalan pasiennya. Pasien masih melihat masalah penyakit kulit masuk kategori penyakit sekunder yang harus diobati ke dokter. Misalnya, pasien yang mengalami gatal gatal, tidak terlalu mempermasalahkannya secara serius karena bisa digaruk dan sebagainya.
Pemahaman orang awam tersebut membuat minimnya kunjungan ke dokter SpDVE. Hal ini menyebabkan kurangnya ransangan para dokter SpDVE untuk berpraktik di luar Kota Medan.
Mengenai hal ini, katanya, Perdoski dan Departemen Kesehatan Kulit dan Kelamin terus mendorong para dokter SpDVE untuk berpraktik di luar Kota Medan. "Kita pasti support dan bantu agar teman teman berpraktik di luar Medan," jelasnya.
Dia mengharapkan pemerintah daerah juga ikut mendukung pemerataan persebaran dokter SpDVE di daerah. Dia juga meminta pemerintah khususnya dinas kesehatan untuk mengawasi dokter atau klinik yang melakukan tindakan kesehatan kulit padahal bukan kompetensinya.
“Karena banyak pasien yang mengalami permasalahan akhirnya ke kita,” tambah dr Riyadh.
Tahun ini, Perdoski Cabang Medan menggelar simposium Medan Dermatology and Venereology Update (MDVU) kedua. Simposium menghadirkan narasumber lokal dan nasional pakar penyakit kulit dan kelamin.
Simposium dibuka resmi Ketua Perdoski Cabang Medan, dr Riyadh Ikhsan SpDVE MKed (DV), FINSDV, FAADV didampingi Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU Medan Dr dr Ramona Dumasari Lubis SpDVE SubspDT MKed DV) FINSDV FAADV dan Ketua Panitia Simposium dr Tri Nanda Syafitri MKed (DV) SpDVE.
Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU Medan Dr dr Ramona Dumasari Lubis SpDVE dalam kesempatan tersebut menambahkan, perkembangan ilmu kesehatan kulit dan kelamin terus meningkat. Termasuk juga tindakan dan pengobatannya. Bahkan saat ini sudah dikembangkan herbal medicine untuk mendukung pengobatan penyakit kulit.
Namun, penggunaan herbal masih pendukung karena yang utama tetap obat medis.
Soal pendidikan dokter spesialis DVE di USU, menurutnya masih cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan banyaknya peluang praktik di masyarakat.
Turut memberi sambutan Ketua IKatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Medan dr Ery Suhaymi SH MH MKed (Surg) SpB FINACS FICS diwakili dr Gakdy Wafie MKed (An) SpAn.
(REL/BR)