Aldi Sahilatua Nababan saat dievakuasi (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Medan - Polda Sumut melakukan koordinasi dengan Polda Bali terkait dilakukannya autopsi seorang mahasiswa asal Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) yang tewas di kamar kos yang berada di Bali.
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hadi Wahyudi mengatakan, pihaknya tengah berkoordinasi dengan Polda Bali, menyikapi adanya pelaksanaan autopsi mahasiswa bernama Aldi Sahilatua (23).
"Sudah ada koordinasi," katanya, Kamis (23/11).
Namun, dia enggan membeberkan koordinasi yang dimaksud, termasuk soal proses autopsi. Hadi belum bisa berkomentar banyak karena proses penyelidikan sedang berjalan.
Sebelumnya, Monalisa Nababan, kakak korban mengaku menemukan sejumlah kejanggalan berupa luka di tubuh korban. Dia curiga adiknya mati tidak wajar.
"Adik saya penuh dengan darah. Kelaminnya rusak mengeluarkan darah, dari hidung dan mulut. Badan semua memar, sikunya bergeser," kata Monalisa di RS Bhayangkara Medan, Rabu (22/11).
Menurut Monalisa, kematian adiknya itu diketahui setelah pihak kepolisian Kuta Selatan menghubungi orang tuanya, memberitahukan korban telah meninggal dunia.
Korban disebutkan mati gantung diri di kamar kosnya. Selanjutnya, jenazah korban dibawa ke rumah sakit di Bali, namun menurut keluarga tidak dilakukan proses autopsi.
Padahal, mereka sangat mencurigai penyebab kematian korban. Apalagi, mereka menemukan sejumlah foto pendukung kondisi korban di rumah sakit di Bali, dinilai sangat tidak wajar disebut bunuh diri.
Karena itu, keluarga meminta jenazah korban segera dikirim ke kampung halamannya.
"Tidak ada dilakukan (autopsi) di sana (Bali)," ucap Monalisa.
Dia mengaku, pihak keluarga sangat mencurigai penyebab kematian korban karena menemukan sejumlah kejanggalan. Seperti adanya luka beberapa bagian tubuh korban, termasuk kelaminnya yang rusak.
Monalisa berharap, dengan adanya autopsi di RS Bhayangkara Tk II Medan, penyebab kematian adiknya dapat segera terungkap.
"Tapi kita lihat setelah ada foto yang beredar di rumah sakit, adik saya penuh dengan darah. Adik saya dianiaya secara sadis," tuturnya.
Diungkapnya, korban kuliah di Bali sudah hampir selesai. Selama ini selalu berkomunikasi dengan keluarga di Taput dan tidak pernah memiliki masalah.
"Semester akhir, Desember (wisuda). Adik saya nggak pernah cerita punya masalah, kami selalu berkomunikasi," pungkasnya.
(JW/CSP)