Pohon dan Kehidupan

Pohon dan Kehidupan
Ilustrasi Pohon dan Kehidupan. (Analisadaily/Istimewa)

Oleh: Muhtar Ardansah Munthe, S.Hut.,M.Sc*

JIKA kita mau berkata jujur, maka pohon adalah bagian dari kehidupan yang tidak terpisahkan. Dan kita masih sering menebang pohon sembarangan tanpa aturan, hanya sekedar memenuhi kepuasan dan kepentingan pribadi atau perusahan saja.

Terus sebenarnya maunya kita apa?

Kenapa saya kemudian memberikan judul tulisan ini adalah “Pohon dan Kehidupan” karena memang begitu vitalnya fungsi pohon dalam kehidupan. Ilmiahnya seperti ini:

Manusia bernapas dengan paru-paru, yaitu menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Siapa yang menyediakan oksigen yang dihirup manusia? Kalau jawaban kalian Tuhan, itu benar. Tapi tidak serta merta Tuhan mempersiapkan oksigen setiap manusia ingin bernapas. Tuhan ciptakan sesuatu di Bumi yang salah satu tugasnya adalah menghasilkan oksigen untuk pernapasan manusia dan menyerap karbondioksida yang dikeluarkan dari proses pernapasan manusia. Itulah yang kita sebut Pohon.

Tidak hanya itu, pohon juga berfungsi sebagai pengatur iklim, habitat berbagai jenis makhluk hidup seperti burung, serangga, dan mikroorganisme, pencegah erosi dan menjaga keseimbangan Ekosistem bumi.

Dalam buletin Science di artikel the global oxygen budget and its future projection disampaikan bahwa manusia dewasa membutuhkan sekitar 1,17 kilogram oksigen setiap hari. Kadar oksigen dalam setiap manusia tentunya bisa berbeda-beda sesuai dengan kondisi dan aktifitasnya. Sementara satu pohon dewasa dengan perkiraan tinggi 10 meter mampu menghasilkan oksigen 143,33 kilogram sehari (jenis pohon akasia) tentunya kemampuan setiap jenis pohon juga bergeda dalam memproduksi oksigen karena dipengaruhi oleh zat klorofil, luas daun, batang dan kedalaman akarnya. Dengan asumsi pohon akasia maka satu pohon mampu menproduksi oksigen untuk 100-160an orang setiap hari. Begitu penting fungsi pohon perlu kita jaga dan lestarikan.

Setiap tanggal 21 November setiap tahun diperingati sebagai hari pohon sedunia. Sejarah ini bermula pada tahun 1872 dari inisiasi seorang aktivis dan tokoh dari Partai Demokrat di Amerika Serikat yang bernama Julius Sterling Morton. Waktu itu Morton dan Istrinya pindah ke Nebraska daerah yang tanpa pepohonan. Dengan keadaan lingkungan tersebut maka Morton berusaha mendorong masyarakat untuk melestarikan lingkungan dengan cara menanam pohon di sekitar tempat tinggal mereka. Perayaan hari pohon pertama di dunia dilakukan di Spanyol yang disebut sebagai Arbor Day yang waktu itu banyak pihak yang sudah terlibat dalam melakukan gerakan menanam pohon. Semakin banyak orang yang mengerti tentang manfaat pohon bagi kehidupan secara pelan-pelan peringatan hari pohon sedunia itu menyebar ke negara-negara lain di dunia.

Siapa yang bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan?

Jika kita mengatakan bahwa pemerintah yang bertanggung jawab, Itu benar. Karena mereka yang memiliki kekuasaan yang mampu memberikan dampak luas kepada masyarakatnya. Kemudian pertanyaannya apakah sudah benar langkah pemerintah menjaga lingkungan kita?

Banyak proyek-proyek pemerintah yang berkaitan dengan menjaga lingkungan antara lain seperti program mangrove conservation and restoration, ada kewajiban amdal bagi perusahaan, ada investasi pemerintah pada institusi yang manjadi special mission vehicle dan beberapa proyek strategi nasional juga mendukung kelestarian lingkunan.

Dalam bidang yang beririsan dengan kehutanan ada program Tanah, Objek, Reforma, Agraria (TORA) ini adalah program pemerintah di mana tanah yang dikuasai oleh negara yang umumnya adalah kawasan hutan dilegalisasi dan diredistribusi kepada masyarakat. TORA memiliki tujuan yang baik. Setidaknya ada delapan tujuan menurut Peraturan Presiden No. 86 Tahun 2018. Dalam tulisan ini saya coba mengambil dua diantaranya: meningkatkan ketahanan pangan dan memperbaiki lingkungan hidup.

Dari berbagai sumber bacaan dan juga observasi langsung oleh penulis bahwa ada kekhawatiran dalam program TORA. Lahan hutan yang kemudian dibuka dan dilegalkan untuk masyarakat kemudian direncanakan ditanam tanaman pangan. Kegiatan ini tentunya pasti akan mengakibatkan kerusakan lingkungan dan keberlanjutan tanaman pangan ini belum tentu keberhasilannya. Masih menjadi pertanyaan di mana relevansi antara meningkatkan ketahanan pangan dengan memperbaiki lingkungan itu.

Kembali kepada pertanyaan awal dalam tulisan ini. Mari kita introspeksi diri, kita maunya apa? Akankan kita terus saling menyalahkan antara satu dengan yang lainnya, antara lembaga dengan lembaga yang lainnya. Data dari laporan the Forest Declaration Assessment bahwa pada tahun 2022 deforestasi global meningkat 4% dari tahun sebelumnya. Hal ini menjadi tantangan untuk mewujudkan harapan dari konferensi iklim COP26 di Glasgow yang berisikan komitmen 145 negara untuk mewujudkan zero deforestation pada 2030. Mampukah kita mewujudkan zero deforestation itu sementara deforestasi terus berlanjut. Ada pernyataan menarik dari peneliti forest declaration assessment Erin Matson yang menyampaikan bahwa “Deforestari masih terus terjadi karena kita lebih banyak berinvestasi di kegiatan yang merusak hutan dibandingkan dengan berinvestasi pada kegiatan yang mendukung kelestarian hutan.

Kita negara indonesia cukup berbangga dengan claim dari pemerintah bahwa terdapat penurunan laju deforestasi yang pada tahun 2015-2016 angka deforestasi ada di 0,63 juta ha. Kemudian di 2021-2022 angka tersebut turun menjadi 0,10 hektare. Penurunan itu boleh jadi memang akibat kerja keras dari pemerintah tapi bisa juga karena sumber daya hutan kita yang sudah menipis tidak ada lagi lahan untuk dideforestasi. Bagaimana kesiapan kita mewujudkan FoLU Net sink 2030?

Pada dasarnya kita semua manusia memiliki tanggungjawab untuk menjaga kelestarian lingkungan. Manusia itu diciptakan Tuhan di muka bumi sebagai khalifah untuk manjaga dan mengelola bumi termasuk hutan didalamnya.

Jika bergerak secara individu mungkin dampaknya tidak akan begitu besar sehingga langkah yang bisa kita lakukan adalah melakukan gerakan dari lembaga atau instansi yang kita berkarir atau bekerja di sana. Untuk mengambil peran dalam memperingati hari pohon sedunia misalnya, kami dari fakultas pertanian dan kehutanan universitas satya terra bhinneka pada tanggal 21 November 2023 melakukan penanaman dan pembagian bibit tanaman sebanyak 200 pohon buah-buahan kepada pegawai dan mahasiswa dan menanam 300 pohon magrove di desa pasar rawa langkat. Selain melaksanakan kegitan penanaman dan pembagian bibit kami juga melaksanakan webinar yang dihadiri oleh mahasiswa tentang pohon dengan tema yang kami angkat adalah Pentingnya Menumbuhkan Kesadaran akan Manfaat Pohon bagi Kehidupan.

Tulisan ini saya tujukan untuk mengajak setiap organisasi atau lembaga agar mengambil peran dalam pelestarian lingkungan.

Menanam satu pohon tidak menyita seluruh waktu dalam hidup kita, tapi satu pohon akan memberikan manfaat bagi banyak manusia.

*Penulis adalah Dosen Manajemen Hutan Universitas Satya Terra Bhinneka

(BR)

Baca Juga

Rekomendasi