Upah Lipat Surat Suara Dipotong, Pekerja Ribut (Analisadaily/Chaidir Chandra)
Analisadaily.com, Tebingtinggi, - Oknum petinggi di Sekretariat KPU Kota Tebingtinggi diduga memootong upah pekerja pelipat surat suara, sehingga memicu terjadinya keributan dan kegaduhan di gudang logistik KPU Kota Tebingtinggi, Sabtu (13/1) malam.
Dampak dari kejadian itu, para pekerja tidak terima upah pelipatan surat suara dibayar Rp 150 per lembar. Puluhan pekerja pelipat surat suara menuntut supaya upah mereka diberikan antara Rp 300 hingga Rp 500 per lembar.
Keributan dan kegaduhan di gudang logistik KPU Tebingtinggi itu mengundang perhatian masyarakat di sana. Seorang pekerja sebagai pelipat surat suara mengaku, mereka berkumpul dikarenakan adanya upah pelipatan surat suara yang tidak sesuai.
“Padahal kami ketahui upah pelipatan surat suara itu berkisar dari Rp 300 hingga Rp 500 per lembar. Tapi kami malah mau dibayarkan sebesar Rp 150 per lembar. Kami tidak mau dan tidak terima,” kata perkerja yang tidak ingin namanya disebutkan.
Tidak hanya itu, pasca kericuhan tersebut dan setelah ada desakan, dalam waktu singkat, seketika berubah upah yang akan diterima pekerja pelipat surat suara. Para pekerja masih tidak percaya jika upah mereka yang begitu minim harus dipotong oknum petinggi di Sekretariat KPU Tebingtinggi.
Sekretaris KPU Kota Tebingtinggi saat dikonfirmasi wartawan tidak berhasil. Begitu juga para komisioner KPU Tebingtinggi. Para komisioner KPU sepertinya menghilang pada saat terjadi keributan dan kegaduhan di gudang logistik.
Telepon seluler mereka tidak aktif, bahkan tidak ada satu di antara sekian komisioner KPU.
(CHA/RZD)