Ilustrasi (Internet)
Analisadaily.com, Jakarta - Menjaga kebersihan mulut telah dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah terhadap infeksi gusi dan kondisi seperti diabetes dan Alzheimer.
Dilansir dari Antara, Sabtu (17/2), penelitian terbaru telah memberikan lebih banyak bukti kaitannya, dengan temuan yang menyarankan bahwa penggunaan obat kumur antiseptik pada beberapa pasien diabetes dapat berkontribusi pada peningkatan kadar gula darah.
Dikutip dari Medical Daily, Periodontitis adalah infeksi gusi yang merusak jaringan lunak di sekitar gigi yang terkait dengan kondisi seperti diabetes, demensia, penyakit kardiovaskular, dan infeksi saluran pernapasan.
Dalam studi terbaru ini, para peneliti menemukan bahwa ketika individu dengan diabetes tipe 2 berkumur dengan obat kumur antiseptik, ada penurunan yang signifikan dalam jumlah bakteri yang terkait dengan periodontitis.
Selain itu, ketika tingkat bakteri berkurang, ada kontrol yang lebih baik terhadap kadar gula darah pada beberapa pasien diabetes, menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports.
"Ada tiga spesies bakteri yang sangat virulen yang terkait dengan periodontitis, atau penyakit dari jaringan di sekitar gigi. Kami memutuskan untuk melihat apakah kami dapat mengurangi ketiga spesies ini Porphyromonas gingivalis, Treponema denticola, dan Tannerella forsythia pada pasien dengan diabetes tipe 2 menggunakan obat kumur yang mengandung antiseptik klorheksidin glukonat," kata Penulis Utama studi tersebut, Saaya Matayoshi.
Temuan ini didasarkan pada studi selama satu tahun yang melibatkan 173 pasien.
Untuk menentukan efektivitas berkumur dengan obat kumur, para peserta diminta untuk menggunakan air untuk berkumur selama enam bulan pertama dan beralih ke obat kumur antiseptik dalam enam bulan berikutnya.
Para peneliti kemudian mengumpulkan sampel saliva dan darah bulanan atau dua bulanan.
Sampel saliva membantu mengidentifikasi tiga spesies bakteri yang terkait dengan periodontitis, sedangkan sampel darah mengukur kadar HbA1c yang menunjukkan kontrol gula darah.
"Kami tidak terkejut melihat bahwa berkumur dengan air tidak memiliki efek pada spesies bakteri atau kadar HbA1c.
Namun, ada penurunan secara keseluruhan pada spesies bakteri ketika pasien beralih ke obat kumur, selama mereka berkumur setidaknya dua kali sehari," jelas Penulis Senior studi tersebut Kazuhiko Nakano.
Meskipun tidak ada perubahan secara keseluruhan dalam kadar HbA1c ketika pasien berkumur dengan obat kumur antiseptik, para peneliti mencatat bahwa ada variasi besar dalam respons individu.
Ketika partisipan dibagi menjadi pasien yang lebih muda dan lebih tua, pasien yang lebih muda memiliki penurunan yang lebih besar dalam spesies bakteri dan peningkatan signifikan dalam kontrol gula darah ketika menggunakan obat kumur dibandingkan dengan air.
Para peneliti percaya bahwa jika pasien yang kemungkinan besar akan merespons baik terhadap obat kumur antiseptik dapat diidentifikasi, itu akan menjadi pengobatan yang mudah digunakan untuk orang dengan penyakit yang terkait dengan periodontitis.
(RZD)