Ketua PKS Deliserdang, Junaidi Parapat (Analisadaily/Amirul Khair)
Analisadaily.com, Lubukpakam - Membincang Partai Keadian Sejahtera (PKS) cukup menarik. Partai berbasis dakwah ini cukup unik. Banyak prediksi menyatakan PKS bakal ‘anjlok’ pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 14 Februari 2024 kemarin. Faktanya di luar prediksi.
Prediksi ini berangkat dari analisis perpecahan internal yang sempat terjadi menjadi ‘embrio’ lahirnya satu partai bernama Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia digawangi Anis Matta sebagai Ketua Umum yang merupakan politisi hebat pernah menduduki jabatan strategis sebagai Presiden PKS.
Selain Anis, ada juga Fahri Hamzah sebagi Wakil Ketua Umum di Gelora Indonesia dikenal sebagai politisi vokal nan kritis saat menjabat Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia.
Fantastisnya lagi, posisi Fahri tidak tergoyahkan di senayan sampai selesai masa jabatannya meski PKS sudah memecatnya sebagi kader.
Membincang PKS di tingkat daerah, tepatnya di Kabupaten Deliserdang, dikaitkan dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 27 November 2024 mendatang, penulis mencoba menerka langkah politik partai berbasis dakwah ini.
Partai Stabil
Sebagai partai kader yang dikenal militan, PKS di Deliserdang terbilang stabil dalam kontestasi di legislatif. PKS tidak melonjak ke puncak, tapi juga tidak menjadi partai papan bawah. PKS selalu berada di level tengah yang kini memiliki 5 kursi di DPRD Deliserdang.
Keunikan PKS Deliserdang sulit ditebak. Dalam catatan sejarah PKS yang dulu bernama Partai Keadilan (PK) belum pernah memimpin di legislatif, tapi sempat 2 periode kadernya menjabat Wakil Ketua DPRD Deliserdang.
Dalam perhelatan Pilkada, belum pernah kader PKS Deliserdang menjadi calon bupati. Namun dua kali pula kadernya menjadi calon wakil Bupati dalam perhelatan demokrasi 5 tahunan itu.
Menerka langkah politik PKS Deliserdang di Pilkada 27 November 2024 mendatang, polanya hampir sama dengan Pilkada sebelumnya kecuali Pilkada 2019. Pada Pilkada ini, PKS seakan satu suara dengan partai lainnya yang mengusung pasangan Ashari Tambunan-M Ali Yusuf Siregar, sehingga PKS termasuk salah satu partai yang punya ‘dosa’ kepada rakyat Deliserdang.
Sebab ikut bersama dengan parpol lainnya menorehkan sejarah demokrasi kurang baik terjadinya Pilkada Deliserdang melawan ‘kotak kosong’.
Saat ini, PKS Deliserdang sudah membuka pendaftaran bakal calon kepala daerah (Bakacada) Bupati dan Wakil Bupati Deliserdang periode 2024-2029 untuk kalangan eksternal. Proses penjaringan lewat pendaftaran ini ‘dicurigai’ hanya formalitas untuk melakukan ‘cek ombak’.
Pasalnya, selain membuka penaftaran bagi calon ektsernal, baik partai maupun tidak, PKS Deliserdang melalui tim panitia seleksi (Pansel) sudah lebih dulu menjaring bakacada internal. Hasilnya, sejumlah nama kader sudah dikirimkan ke pimpinan di tingkat wilayah Sumatera Utara (Sumut) dan pimpinan pusat.
Terlebih lagi, Deliserdang seperti diungkapkan Ketua PKS Deliserdang, Junaidi Parapat, pada konferensi pers peluncuran pembukaan pendafaaran bakacada pekan lalu bahwa Deliserdang merupakan salah satu kabupaten/kota di Sumut yang diinstruksikan untuk mengusung kadernya maju pada Pilkada baik sebagai calon bupati maupun wakil bupati.
Namun Ketua PKS Deliserdang, Junaidi Parapat, menampik langsung anggapan ini dan menegaskan PKS serius dalam kontestasi ini. Pendaftaran dibuat karena PKS sendiri dengan 5 kursi di DPRD tidak bisa mengusung langsung calonnya dan harus melakukan koalisi.
Utamakan Kader
Langkah politik PKS Deliserdang mungkin sulit diterka. Apakah partai ini memang serius memberikan peluang kepada tokoh lain baik partai maupu nonpartai untuk bersama dalam Pilkada. Namun diyakini, melihat tradisi PKS dalam Pilkada di Deliserdang, partai ini tetap akan mengambil peran dengan memajukan langsung kadernya, baik sebagai calon bupati maupun wakil bupati.
Dari fakta Pilkada Deliserdang sebelumnya, tahun 2009 PKS tetap memajukan kadernya Satrya Yudha Wibowo sebagai calon wakil bupati berpasangan dengan calon bupati Tengku Akhmad Talaa berkoalisi dengn partai Golkar yang harus kandas karena melawan petahana Amri Tambunan berpasangan dengan Zainuddin Mars.
Kemudian pada Pilkada 2014 kadernya Satrya Yudha Wibowo juga kembali dimajukan berpasangan dengan calon bupati Muhammad Idris yang bukan kader partai. Pada Pilkada ini, pasangan ini juga menelan kekalahan.
Dari fakta ini, diyakini langkah politik PKS Deliserdang akan tetap berkompetisi memajukan kadernya terlibat langsung sebagai calon. Siapa pun calon yang diusung, dipastikan PKS akan tetap ‘ngotot’ kadernya bakal dimajukan sebagai calon. Apalagi, dari semua parpol yang memiliki kursi di DPRD Deliserdang, hanya PKS yang punya 5 kursi dan butuh 5 kursi lagi.
Andai ada kesepakatan politik dengan 4 partai yang memiliki 7 kursi baik Gerindra, PDIP, Golkar ataupun Nasdem, dipastikan langkah politik PKS akan mulus memajukan kadernya dan akan menjadi partai eksekutif di Kabupaten Deliserdang.
(AK/RZD)