Yoppy Mairizon RS, S.Pt dan Prof. Dr. Elisabet Siahaan, SE., M.Ec.? (Analisadaily/Istimewa)
Oleh: Yoppy Mairizon RS, S.Pt dan Prof. Dr. Elisabet Siahaan, SE., M.Ec.*
KEMAJUAN teknologi informasi mengantarkan kita ke era digital yang memberikan kemudahan bagi semua kalangan melaksanakan aktifitas pekerjaan. Akses komunikasi yang semakin di permudah, kita bisa mengerjakan pekerjaan tanpa harus datang ke kantor. Kemajuan di era digital ini memberikan dampak positif dalam mempermudah pekerjaan, akan tetapi hal ini akan menjadi ancaman jika tidak disikapi dengan bijak.
Pada kenyataannya kemajuan perkembangan teknologi membuat kita secara tidak langsung bekerja 24jam setiap harinya karena pekerjaan bisa di kontrol dari Laptop, HP dan bisa dikerjakan dari jarak jauh dan kapanpun. Kondisi ini membuat banyak karyawan justru mengeluh stres dan cemas. Keadaan ini membuat istilah Fomo sering kita dengar, yaitu muncul rasa cemas berlebihan, waktu tidur yang tidak teratur yang berujung kepada Kesehatan karyawan.
Studi Health on Demand 2023 terhadap lebih dari 17.500 karyawan di 16 pasar seluruh dunia, termasuk Indonesia ditemukan sejumlah fakta menarik. Bhawa 26% karyawan Indonesia mengaku mengalami stres dalam kehidupan sehari-hari, lebih rendah dari rata-rata karyawan di Asia (44%). Hampir sebagian dari mereka (45%) mengaku pernah bekerja saat kondisi mental yang tidak sehat. Keseimbangan antara kehidupan di dalam suatu pekerjaan merupakan faktor yang penting dan perlu dipertimbangkan.
Menurut Greenhaus et al. (2003) jika tidak tercipta keseimbangan peran karyawan maka dapat menimbulkan kondisi imbalance yang mempengaruhi ketegangan pada setiap tugas yang akan dikerjakan. Ketidakseimbangan adalah ketidakmampuan individu dalam mencapai work-life balance yang dapat menimbulkan tingginya tingkat stres, mengurangi efektifitas kerja dan mengurangi kualitas hidup.
Menurut Moorhead dan Griffin, Work-Life Balance adalah kemampuan seseorang untuk menyeimbangkan antara tuntutan pekerjaan dengan tuntutan pribadi dan keluarga. Karakteristik pekerjaan seperti pola kerja, beban kerja dan jumlah waktu yang digunakan untuk bekerja dapat memicu konflik baik konflik dalam pekerjaaan maupun konflik dalam kehidupan pribadi.
Keluarga juga menjadi aspek yang dapat menentukan ada tidaknya konflik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Saat ini sering di bahas terkait Generasi milenial atau Gen Y yang menjadi generasi mayoritas angkatan kerja. Gen Ymemiliki karakteristik yang berbeda dari generasi sebelumnya karena mereka tumbuh bersama perkembangan teknologi. Gen Y dianggap sebagai generasi yang tidak setia terhadap Perusahaan, memiliki pemikiran dan tuntutan yang berbeda dalam menghadapi ketidaknyamanan, Generasi Y cenderung memilih resign daripada loyalitas.
Pada dasarnya Gen Y dianggap sebagai orang yang berpendidikan tinggi, ambisius, dan berorientasi pada karir.Sehingga, karakter tersebut diharapkan dapat lebih kompetitif dan produktif dari generasi sebelumnya dalam menghadapi persaingan global. Bagi karyawan milenial work life balancesangat penting dikarenakan mempengaruhi gaya hidup mereka.
Bagi generasi milenial pemenuhan gaya hidup dapat mempengaruhi tingkat kebahagiaan. Itulah sebabnya generasi milenial akan mencari karier yang dapat memenuhi gaya hidupnya.
Beberapa strategi yang bisa di terapkan perusahaan agar terciptanya work life balance seperti:
1. Flexible job, work from home dapat memberikan kelonggaran, membantu karyawan punya waktu lebih banyak bersama orang terdekat. Perusahaan memberikan jadwal kerja fleksibel satu hari dalam seminggu bagi karyawan sebagai pengganti cuti bagi karyawan.
2. Memberikan tempat kerja yang rileks, saat ini sudah banyak perusahaan yang mengubah desain kantor menjadi lebih menarik dengan semi café atau dengan memberikan fasilitas yang memaai. Tempat kerja yang rileks memberikan suasana hati yang tenang dan bahagiasehingga berdampak kepada Kesehatan, dan produktifitas kerja.
3. Mengadakan kegiatan rutin yang berhubungan dengan hobi karyawan sering mengadakan kegiatan olahraga bersama, yoga, atau bahkan perlombaan nyanyi antar karyawan. Kegiatan ini mendorong interaksi dan lingkungan kerja yang sehat bagi Perusahaan.
4. Memberikan apresiasi khusus bagi karyawan yang memiliki prestasi, apresiasi ini bisa beragam seperti Voucher belanja atau Voucher liburan. Perusahaan juga dapat memberikan beasiswa bagi karywan yang memang berfokus untuk Pendidikan.
Prinsip work life balance dilaksanakan untuk kepentingan pegawai dengan memperhatikan peraturan yang telah ada, jangan sampai kelonggaran yang dibuat malah menjadikan pegawai terbuai sehingga produktifitas menjadi menurun yang pada akhirnya merugikan organisasi secara keseluruhan. Parkes & Langford (2008) menyatakan bahwa work-life balancemembuat karyawan mampu melakukan tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan kehidupan pekerjaan mereka, serta berkomitmen pada aktivitas di luar pekerjaan dan kegiatan lain.
Lockwood (2003) mengungkapkan bahwa keseimbangan kehidupan ialah kondisi seimbang antara dua ketentuan yaituantara kehidupan pekerjaan dengan kehidupan pribadi adalah setara. Karyawan berasumsi bahwa keseimbangan kehidupan adalah keharusan dalam pekerjaan dan bertanggung jawab pula terhadap keluarga.
Pendekatan work life balance mampu menciptakan kinerjapegawai yang produktif, bahagia dan kreatif karena lingkungan luar kantor seperti rumah dan pertemanan mendukung pertumbuhannya, sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki work life balance yang baik kinerjanya cenderung merosot dan bisa merusak bidang kehidupan lainnya, kemajuan perkembangan era teknologi.
Keseimbangan dalam bekerja ini merupakan faktor penting yang dapat meningkatkan kinerja. Program work life balance yang diterapkan dalam suatu perusahaan diharapkan mampu meningkatkan tingkat kinerja kerja pada karyawan sehingga dapat menimbulkan semangat kerjabagi karyawan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya terhadap perusahaan.
Penulis adalah mahasiswa dan dosen S2 Ilmu Manajemen FEB USU
(BR)